Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Diketahui, Antam melakukan impor emas demi memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri. Dari total kebutuhan emas sebesar puluhan ton per tahun, produksi emas dari tambang perusahaan di Pongkor yang hanya satu ton per tahun.
Tercatat, pada tahun lalu penjualan emas mencapai 43 ton dan pada 2025 ini ditargetkan bisa mencapai 45 ton.
Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto pun menjelaskan perihal impor emas itu kepada Anggota Komisi VI DPR RI pada awal pekan ini sekaligus menjawab pertanyaan Pimpinan Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade terkait besaran impor yang dilakukan Antam.
"Mungkin 30 ton-an pak," jawab pria yang karib disapa Didi atas pertanyaan tersebut.
Adapun impor emas yang dilakukan Antam tidak sembarangan. Antam mengimpor emas dari perusahaan atau lembaga yang terafiliasi dengan London Bullion Market Association (LBMA).
Perusahaan-perusahaan itu terklasifikasi menjadi tiga, yakni bullion bank, refinery, dan trader. Hal tersebut yang kemudian membuat Antam seakan-akan mengekspor emas. Padahal, Didi memastikan Antam tidak pernah mengekspor emas produksinya.
"Nah kita membeli dari bullion bank maupun refinery maupun bullion trader yang ada di Singapura maupun Australia, dengan harga pasar pak. Jadi semuanya itu sebenarnya transparan dan bisa dilacak," ujar Didi.