Ilustrasi Grafik Penurunan (IDN Times/Arief Rahmat)
Lambatnya pemulihan IHSG disebabkan semakin bertambahnya kasus COVID-19. Bank Dunia memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan terperosok 5,2 persen karena COVID-19. Hal itu disebabkan karena pandemik bisa melumpuhkan segala aktivitas perekonomian di seluruh negara, termasuk Indonesia.
Sementara itu, kurva pertumbuhan kasus COVID-19 di Indonesia memang masih terlihat terus meningkat hingga saat ini. Lain halnya dengan Vietnam, Kamboja, atau Laos yang sempat diklaim menang melawan COVID-19.
Rata-rata pertumbuhan kasus COVID-19 per hari di Indonesia terus bertambah, dari Maret yang saat itu 59 kasus per hari, meningkat di April dengan 295 kasus per hari, bulan Mei menjadi 516 kasus per hari, dan Juni dengan 977 kasus per hari.
Hingga laporan ini dibuat, kasus COVID-19 di Indonesia kini sudah ada di angka 72.347 secara nasional. Peningkatan jumlah kasus ini tentunya disebabkan banyak faktor.
Yang pertama karena semakin gencarnya aktivitas testing dan tracing, seperti yang dilakukan di Jawa Timur, provinsi dengan kasus COVID-19 tertinggi di Indonesia.
Mengacu pada data Google Mobility Report, Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) dan kebijakan-kebijakan pembatasan sosial lainnya sempat menurunkan pergerakan masyarakat Indonesia pada bulan April hingga 40 persen. Namun, sejak awal Mei 2020, pergerakan warga pun terlihat mulai mengalami kenaikan dan dan pada akhir April hingga awal Juni 2020 tercatat meningkat sebesar 8 persen.
Kebijakan pelonggaran pembatasan aktivitas pada awal Juni tentunya tidak bisa dikecualikan sebagai salah satu faktor terus bertambahnya kasus COVID-19 di Indonesia. Bahkan, jauh sebelum itu, sudah dilakukan pelonggaran dari sisi transportasi, yakni sejak 7 Mei 2020 di mana pemerintah membuka seluruh moda transportasi, hanya dua pekan setelah diberlakukannya larangan mudik.