Ini Kecurangan yang Sering Terjadi pada Transportasi Online 

Ternyata driver Gojek lebih sering melakukan kecurangan lho!

Millennial lekat sekali dengan keberadaan Gojek maupun Grab. Kegiatan ride hailing alias memesan transportasi untuk menjemput dan mengantar ke tujuan yang diinginkan semakin mudah sejak ada perusahaan transportasi berbasis online tersebut.

Transportasi online menjadi pilihan para pekerja dengan mobilitas tinggi karena dianggap efektif dan efisien. Namun ini, driver dari kedua brand tersebut kerap kali ditengarai melakukan kecurangan. Bahkan, beberapa mitra Gojek maupun Grab sendiri mengakui, mereka yang sering melakukan kecurangan, demi mengejar keuntungan pribadi.

Berdasarkan hasil riset dari Spire Research and Consulting yang dilakukan terhadap 40 mitra transportasi online serta 280 konsumen yang dilakukan pada dua bulan terakhir di 2018. Penelitian dilakukan di empat kota besar yakni Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Hasilnya menunjukan bahwa terdapat lima kecurangan yang dilakukan oleh mitra dari kedua brand transportasi online tersebut. 

1. Driver transportasi online menggunakan fake GPS

Ini Kecurangan yang Sering Terjadi pada Transportasi Online IDN Times / Dian Apriliana

Sebagai pelanggan mungkin kita pernah merasakan pahitnya ditipu driver . Ketika sudah dapat driver dan pada aplikasi muncul keterangan driver akan datang dalam 5 menit, kenyataannya berbeda. Itulah salah satu kecurangan yang paling sering dilakukan oleh beberapa mitra transportasi online alias para driver. Ternyata mereka menggunakan fake GPS.  

“Untuk saat ini memang lebih banyak kecurangan dengan melakukan fake GPS, dan solusinya pun masih sulit ditemukan karena menyangkut sistem,” tutur Group Deputy CEO Spire Research and Consulting Jeffrey Bahar pada Press Conference Health of Indonesia’s Ride-Hailing Platforms and 2019 Outlook, di Hong Kong Café, Jakarta, Rabu (30/1).

Menurut Jeffrey, persentase indikasi kecurangan dari keseluruhan order pada Grab kurang dari 5%, sementara Gojek kurang lebih 30%. Jefrrey juga menginformasikan bahwa kecurangan yang ditampilkan adalah kecurangan yang memberi dampak pada finansial.

2. Mark up harga untuk layanan pesan antar makanan

Ini Kecurangan yang Sering Terjadi pada Transportasi Online IDN Times/Helmi Shemi

Gak hanya ditipu soal jarak dan waktu, sejumlah konsumen juga ditipu soal biaya perjalanan oleh driver. Kejadian seperti ini lebih ditemukan pada layanan pemesanan antar makanan. Meski mark up harga yang dilakukan driver tidak dalam jumlah besar, tetap saja merugikan pelanggan. "Kadang driver suka mark up sendiri untuk meraup keuntungan yang lebih,” papar Jeffrey dalam presentasinya. 

3. Driver membuat order fiktif karena ada celah dalam sistem internal perusahaan

Ini Kecurangan yang Sering Terjadi pada Transportasi Online Dok. IDN Times/Istimewa

Berdasarkan hasil penelitian Spire Research and Consulting, ada driver yang menggunakan aplikasi tambahan atau Mod apps untuk melakukan pesanan fiktif atau lebih mudah mendapatkan pesanan. Kecurangan yang satu ini merugikan pihak perusahaan penyedia jasa transportasi online terkait. 

Berdasarkan riset, driver Gojek lebih sering melakukan kecurangan dengan menggunakan aplikasi tambahan ini karena adanya celah dalam sistem internal. Sehingga, aplikasi yang sudah dimodifikasi untuk mengakali sistem Gojek lebih mudah ditemukan. "Namun belakangan kecurangan itu menurun karena sudah ada perbaikan sistem."

Sementara driver Grab tercatat lebih sulit melakukan kecurangan. Hal ini disebabkan sistem internal lebih mudah mengidentifikasi tindakan curang. "Grab saat ini sudah ada face recognition-nya, ketika mau melakukan aktivitas, jadi akan sulit jika melakukan kecurangan," ujar Assistant Manager Spire Research and Consulting, Muhammad Rizki Faisal pada sesi tanya jawab.

4. Menjadi priority driver agar lebih mudah dapat

Ini Kecurangan yang Sering Terjadi pada Transportasi Online IDN Times / Dian Apriliana

Kecurangan jenis ini memang masih jarang terjadi. Ada beberapa kasus di mana driver memiliki mengatur supaya mereka jadi prioritas, sehingga lebih mudah untuk mendapatkan penumpang. Menurut Spire Research and Consulting, jenis kecuragan ini memerlukan kecerdasan khusus dari driver untuk mengakali sistem.

5. Meski merugikan, pembatalan order tidak tergolong kecurangan

Ini Kecurangan yang Sering Terjadi pada Transportasi Online IDN Times/Fitria Madia

Pelanggan kerap mengeluh karena adanya pembatalan order sepihak. Meski merugikan, hal ini tidak tergolong kecurangan. “Itu termasuk dalam complain. Jika terdapat kasus seperti itu, maka kembali lagi ke penggunanya, biasanya bisa report dan menggunakan hak suaranya untuk complain,” ujar Konsultan Spire Research and Consulting Andhika Irawan Saputra.

Baca Juga: Ramai Tagar #uninstallgojek, Begini Klarifikasi Gojek

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya