Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengisi meteran listrik (dok. PLN)

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,76 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Hal ini disebabkan oleh efek kebijakan diskon tarif listrik yang diberlakukan pemerintah.

Plt Kepala BPS Amalia A Widyasanti mencatat komoditas tarif listrik menjadi penyumbang utama deflasi bulan lalu, dengan tingkat penurunan harga mencapai 32,03 persen serta andil deflasi sebesar 1,47 persen.

“Deflasi terjadi akibat adanya diskon 50 persen bagi pelanggan dengan daya listrik sampai dengan 2.200 VA di Januari 2025,” kata Amalia dalam konferensi pers di kantornya, Senin (3/2/2025). 

1. Kebijakan fiskon tarif listrik tahun ini beri dampak lebih besar ke inflasi nasional

Petugas PLN memeriksa meteran listrik pelanggan rumah tangga (RT). (dok. PLN).

Ia menjelaskan secara historis dalam lima tahun terakhir, perubahan tarif listrik juga pernah terjadi pada Juli dan Agustus 2022 atau kuartal III 2022.

Namun demikian, kebijakan diskon listrik yang diberikan pada Januari 2025 kali ini memiliki dampak yang lebih besar terhadap pergerakan inflasi nasional. 

2. Dampak diskon listrik sejalan dengan panduan consumer price index

ilustrasi inflasi (freepik.com/freepik)

Menurut Amalia,  dampak diskon listrik dalam inflasi sejalan dengan panduan Consumer Price Index (CPI) Manual, yang menjadi acuan kantor statistik dunia, termasuk BPS, dalam menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK).

Ia menegaskan, harga diskon dapat masuk dalam perhitungan inflasi jika kualitas barang atau jasa tetap sama dengan kondisi normal, serta jika harga diskon tersebut tersedia untuk banyak orang.

“Dengan demikian, diskon tarif listrik sebesar 50 persen juga tercatat dalam perhitungan inflasi yang dilakukan BPS yang kami umumkan hari ini,” jelasnya.

3. Inflasi secara tahunan capai 0,76 persen

Ilustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Di sisi lain, BPS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 0,76 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Meski secara tahunan masih terjadi lonjakan harga dibanding Januari tahun lalu, ekonomi Indonesia mengalami deflasi jika dibandingkan Desember 2024 dengan Januari 2025. 

Inflasi tahunan pada bulan pertama di tahun ini lebih rendah dari bulan sebelumnya atau Desember 2024 yang sebesar 1,57 persen akibat deflasi bulanan. Pada Januari 2025, BPS mencatat ekonomi Indonesia mengalami deflasi 0,76 persen.

Capaian inflasi tahunan ini bahkan jika dibandingkan dengan Januari 2024 jauh di bawah. Pasalnya inflasi Januari 2024 mencapai 2,61 persen yoy.

“Inflasi 0,76 persen didorong kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan laju inflasi 3,69 persen dan memberikan andil sebesar 1,07 persen,” ujarnya. 

Editorial Team