Ekonom Bank Mandiri Sebut Ekspor RI ke AS Terancam Tarif Trump

- Kinerja ekspor Indonesia ke AS mencapai 42,5 miliar dolar AS pada 2024 atau sekitar 10,7 persen dari total ekspor Indonesia.
- Ekspor non-migas Indonesia ke AS selama Januari hingga Mei 2025, tercatat tumbuh 18,2 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
- Ekspor utama Indonesia ke AS didominasi barang elektronik, pakaian jadi (garmen), dan alas kaki dengan daya saing tinggi di pasar konsumen AS.
- Dampak tarif Trump juga berpotensi menekan pasar keuangan dalam jangka pendek, dengan sentimen negatif dari kebijakan tarif Trump.
Jakarta, IDN Times - Indonesia tetap dikenakan tarif resiprokal 32 persen oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, setelah proses negosiasi tiga bulan lalu. Kendati, Trump masih membuka negosiasi bagi negara-negara yang menawarkan hal tersebut, setidaknya hingga 1 Agustus 2025.
Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, mengatakan tarif Trump 32 persen tersebut, kemungkinan besar bisa mengganggu kinerja ekspor nasional.
"Penetapan tarif 32 persen oleh AS terhadap produk Indonesia menjadi tantangan baru bagi ekspor nasional, terutama komoditas elektronik dan produk tekstil atau garmen," ujar Andry, dikutip Selasa (8/7/2025).
1. Kinerja ekspor Indonesia ke AS

Dalam catatannya, Andry menjelaskan, kinerja ekspor RI ke AS mencapai 42,5 miliar dolar AS pada 2024 atau sekitar 10,7 persen dari total ekspor Indonesia, dan setara dengan sekitar 2,5 persen dari PDB Indonesia.
Kemudian, secara year to date (ytd), ekspor non-migas Indonesia ke AS selama Januari hingga Mei 2025, tercatat 12,1 miliar dolar AS, tumbuh 18,2 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
"Komoditas utama ekspor Indonesia ke AS didominasi oleh elektronik, pakaian jadi (garmen), dan alas kaki, yang memiliki daya saing tinggi di pasar konsumen AS," kata Andry.
2. Dampak tarif Trump ke pasar keuangan

Andry juga menyebut dampak tarif Trump ke pasar keuangan. Menurut dia, sentimen negatif dari kebijakan tarif Trump berpotensi menekan pasar keuangan dalam jangka pendek. Hal itu dapat dilihat secara historis ketika tarif Trump pertama kali diumumkan pada awal April lalu.
"Sebelumnya, pasca-pengumuman tarif resiprokal Trump pada 2 April 2025 lalu, IHSG dibuka menurun 7,9 persen, dan rupiah melemah 1,8 persen di 9 April 2025," kata Andry.
3. Tarif untuk Indonesia lebih tinggi dibandingkan Vietnam dan Malaysia

Tarif yang ditetapkan Trump untuk Indonesia lebih tinggi ketimbang beberapa negara lain, seperti Vietnam (20 persen), Filipina (17 persen), Malaysia dan Korea masing-masing 25 persen.
Namun, tarif untuk Indonesia justru lebih rendah dibandingkan Thailand (36 persen), Kamboja (36 persen), Myanmar (40 persen), dan Bangladesh (35 persen).