Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tarif Impor Trump Bakal Perbesar Ketidakpastian Pasar

Ilustrasi penurunan kinerja bisnis. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi penurunan kinerja bisnis. (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Kebijakan tarif impor Trump akan memicu guncangan ekonomi global dan domestik, dengan potensi pemangkasan PDB AS hingga 6 persen dan penurunan upah sebesar 5 persen.
  • Indonesia dipaksa untuk mengevaluasi ulang strategi ekspor dan diplomasi dagang akibat tarif resiprokal AS sebesar 32 persen, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional serta risiko PHK massal di sektor padat karya.
  • Presiden AS Donald Trump tetap memberlakukan tarif resiprokal 32 persen untuk impor dari Indonesia mulai 1 Agustus 2025, dengan alasan bahwa tarif tersebut lebih rendah daripada defisit perdagangan AS dengan Indonesia.

Jakarta, IDN Times - Negosiasi Indonesia untuk mengurangi tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS) menemui kegagalan. Hal itu terjadi setelah Presiden AS Donald Trump tetap membebankan tarif 32 persen untuk impor yang dilakukan Indonesia dari Negeri Paman Sam dan akan berlaku mulai 1 Agustus 2025, sama dengan mitra dagang AS lainnya.

Salah satu penyebab kegagalan negosiasi tersebut lantaran Trump merasa AS dan Indonesia tidak memiliki hubungan timbal balik perdagangan yang baik selama ini. Trump merasa AS selalu dirugikan saat berdagang dengan Indonesia.

Kendati begitu, Indonesia bukan menjadi satu-satunya negara yang akan terdampak dengan tarif Trump tersebut. Ketidakpastian akan terjadi secara global sebagai dampak kebijakan tersebut.

"Dengan mundurnya pemberlakuan tarif baru, maka akan memberi waktu sekitar tiga minggu tambahan bagi setiap negara yang terkena dampak untuk membuat kesepakatan dengan Gedung Putih. Keputusan Trump tersebut dipandang banyak pihak menimbulkan ketidakpastian pasar," tutur pengamat pasar dan mata uang, Ibrahim Assuaibi dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (8/7/2025).

1. Guncangan ekonomi secara global dan domestik

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Dok. IDN Times)
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Dok. IDN Times)

Lebih lanjut Ibrahim menjelaskan, kebijakan Trump ini berpotensi memicu guncangan ekonomi, baik secara global maupun domestik di AS sendiri.

"Model ekonomi terbaru memprediksi kebijakan tarif Trump kali ini bisa memangkas Produk Domestik Bruto (PDB) AS hingga 6 persen dan menurunkan rata-rata upah sebesar 5 persen. Efek domino juga diperkirakan akan dirasakan oleh negara-negara mitra dagang seperti Indonesia," ujar dia.

2. Indonesia dipaksa evaluasi ulang strategi ekspor

Ilustrasi ekspor (Foto: IDN Times)

Ibrahim menambahkan, tarif resiprokal ini bukan sekadar soal ekonomi, tetapi juga strategi geopolitik dan negosiasi.

"Dalam konteks teori permainan, tarif ini adalah upaya AS untuk mengubah payoff matrix dalam hubungan dagang bilateral, memaksa Indonesia untuk mengevaluasi ulang strategi ekspor dan diplomasi dagangnya," kata Ibrahim.

Oleh karena itu, sambung Ibrahim, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional akan terpangkas 0,3 hingga 0,5 persen akibat kebijakan ini.

"Selain itu, risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sektor padat karya seperti tekstil dan alas kaki semakin besar," ujarnya.

3. Trump tetap berikan tarif resiprokal 32 persen ke RI

Presiden AS, Donald Trump, saat mengumumkan rincian tarif resiprokal. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden AS, Donald Trump, saat mengumumkan rincian tarif resiprokal. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Sebelumnya diberitakan, Indonesia tetap kena tarif resiprokal dari AS sebanyak 32 persen. Hal ini disampaikan oleh Trump lewat surat kepada Presiden Prabowo Subianto. Dalam surat yang diunggah di akun Truth Social, Trump mengatakan, tarif tersebut jauh lebih rendah daripada defisit yang dialami AS dalam perdagangan dengan Indonesia.

“Mulai 1 Agustus 2025, kami akan mengenakan Tarif kepada Indonesia hanya sebesar 32 persen pada setiap dan semua produk Indonesia yang dikirim ke Amerika Serikat, terpisah dari semua Tarif Sektoral,” kata Trump dalam surat tersebut, yang dikirim pada Senin (7/7/2025).

Dalam surat itu, Trump menambahkan, barang yang dikirim ulang untuk menghindari tarif yang lebih tinggi, akan dikenakan tarif yang lebih tinggi tersebut.

“Harap dipahami bahwa angka 32 persen tersebut jauh lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk menghilangkan kesenjangan Defisit Perdagangan yang kita miliki dengan Negara Anda,” ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us