Ekonomi AS Lesu, The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga Lebih Cepat

Jakarta, IDN Times - Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, mengatakan dalam beberapa waktu terakhir, sentimen dari pasar global didominasi oleh ekspektasi perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan mendorong Federal Reserve (The Fed) untuk segera memangkas suku bunga secara agresif.
"Investor menilai tekanan inflasi mulai mereda dan kondisi pasar tenaga kerja mulai melemah, sehingga ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter terbuka lebar," kata Andry dalam keterangan tertulis terkait perkembangan kondisi pasar terkini, Jumat (4/7/2025).
1. Data tenaga kerja AS picu penyesuaian arah kebijakan The Fed
Rilis data ketenagakerjaan terbaru, dijelaskan Andry, membalikkan asumsi tersebut. Klaim tunjangan pengangguran mingguan turun ke angka 221 ribu, sementara tingkat pengangguran pada Juni 2025 tercatat sebesar 4,1 persen, lebih rendah dari perkiraan pasar yang sebesar 4,3 persen. Data ini menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih cukup tangguh.
Menurut Andry, data ketenagakerjaan AS mendorong ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan moneter mengalami penyesuaian. Bahkan, investor memperkirakan pemangkasan suku bunga oleh The Fed hanya akan mencapai 50 basis poin (bps) hingga akhir tahun, lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yang sebesar 75 bps.
"The Fed diperkirakan akan bersikap lebih berhati-hati dan menunggu sinyal perlambatan ekonomi yang lebih kuat sebelum mengambil langkah pelonggaran lanjutan," ujarnya.
Dengan demikian, penguatan data ketenagakerjaan AS memicu tekanan terhadap mata uang dan imbal hasil obligasi negara berkembang.
"Kondisi ini berimbas pada pasar keuangan domestik, khususnya nilai tukar Rupiah. Dalam jangka pendek, Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.180 hingga Rp16.265 per USD, sementara yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun berpotensi berada pada rentang 6,50 persen hingga 6,70 persen," kata Andry.
2. Pasar menunggu hasil negosiasi dagang AS dengan mitra dagang yang berakhir 9 Juli
Klaim tunjangan pengangguran mingguan turun menjadi 221 ribu, lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 235 ribu. Sementara itu, tingkat pengangguran pada Juni 2025 tercatat sebesar 4,1 persen, juga lebih rendah dari perkiraan konsensus yang berada di angka 4,3 persen.
"Data ketenagakerjaan ini memperkuat pandangan pasar tenaga kerja AS masih resilien. Kondisi tersebut mempersempit peluang pemangkasan suku bunga yang agresif oleh The Fed," kata Andry.
Selain itu, pasar juga tengah mencermati percepatan negosiasi dagang antara AS dengan beberapa mitra utama menjelang tenggat waktu pada 9 Juli 2025. Sejauh ini, AS telah mencapai kesepakatan dagang dengan China, Inggris, dan Vietnam.
Sementara itu, pembicaraan dengan Uni Eropa hampir mencapai kesepakatan kerangka yang dapat menghindarkan penerapan tarif tambahan. Namun, Trump menegaskan tenggat waktu tersebut tidak akan diperpanjang dan menyatakan akan mulai mengirimkan pemberitahuan tarif secara bertahap kepada negara-negara yang belum mencapai kesepakatan.
3. Beberapa emiten alami penguatan pada pembukaan perdagangan
Indeks saham Wall Street yang ditutup menguat pada perdagangan Kamis (4/7/2025), dijelaskan Andry, didorong oleh sentimen positif dari data ekonomi dan ekspektasi kebijakan moneter yang lebih hati-hati. Indeks Dow Jones naik 0,77 persen ke level 44.828, diikuti oleh Nasdaq menguat 1,02 persen ke 20.601, serta S&P 500 meningkat 0,83 persen ke level 6.279.
Di Asia, pergerakan pasar saham pagi ini dibuka bervariasi. Indeks Nikkei Jepang menguat 0,13 persen ke 39.836, namun indeks Hang Seng Hong Kong melemah cukup tajam sebesar 1,30 persen ke 23.758. Sementara itu, Shanghai Composite menguat tipis 0,07 persen ke 3.464.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis sebesar 0,02 persen ke level 6.879 pada pembukaan perdagangan pagi ini. Penguatan IHSG didukung oleh kenaikan di sektor teknologi yang naik 1,51 persen dan sektor finansial yang bertambah 0,42 persen
"Beberapa emiten yang mencatat penguatan signifikan pada pembukaan perdagangan adalah GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang melesat 5,26 persen, Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,87 persen, serta Astra International Tbk (ASII) yang bertambah 1,09 persen," ucapnya.