Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera China (unsplash.com/@myers2021)
bendera China (unsplash.com/@myers2021)

Intinya sih...

  • Ekspor China ke Rusia turun 17,8% dibandingkan tahun lalu

  • Perusahaan otomotif China ubah strategi hadapi penurunan ekspor ke Rusia

  • Rusia dan China setuju bangun pipa gas lewat Mongolia untuk suplai gas alam

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Perdagangan dan Industri Rusia menyatakan, ekspor dari China ke Rusia turun signifikan pada Agustus 2025. Penurunan ini menjadi yang terendah dalam 8 bulan terakhir. 

Sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina, hubungan perdagangan Rusia dan China terus meningkat imbas sanksi dari Barat. Rusia mengalihkan ekspor minyak dan gas alam dari Eropa ke China dan India. 

1. Ekspor dari China ke Rusia turun 17,8 persen

Bendera Rusia. (pixabay.com/michel_van_der_vegt)

Ekspor dari China ke Rusia mengalami penurunan tajam hingga 17,8 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Selain itu, ekspor China ke Rusia pada Agustus juga turun 5,8 persen dibandingkan Juli. 

Dilansir dari The Moscow Times, perdagangan bilateral kedua negara turun hingga 17,9 miliar dolar AS (Rp295,2 triliun). Sementara, mulai Januari hingga Agustus, ekspor dari China ke Rusia turun 64,8 miliar dolar AS (Rp1.068 triliun).

Menteri Perdagangan dan Industri Rusia, Anton Alikhanov mengatakan, sanksi dan jenuhnya pasar menyebabkan perlambatan perdagangan dengan China. Penurunan ini menandai akhir dari pertumbuhan perdagangan kedua negara usai invasi ke Ukraina. 

2. Perusahaan otomotif China ubah strategi imbas penurunan ekspor ke Rusia

Mobil BYD. (unsplash.com/michael_f)

Sejumlah perusahaan otomotif China mengungkapkan rencana untuk mengubah strategi dalam mengatasi penurunan penjualan dan kenaikan tarif dari Rusia. Mereka tengah mencari pasar baru untuk menjual mobilnya. 

Dalam beberapa bulan terakhir, penjualan mobil China di Rusia terus menurun. Padahal, China sudah mengupayakan perluasan pasar Rusia sejak 2022 menyusul pecahnya perang Rusia-Ukraina, dilansir dari UNN.

Pakar ekonomi dari UBS Group AG, Paul Gong mengatakan, situasi saat ini mirip dengan tahun 2015. Saat itu, mata uang rubel jatuh dan ekonomi China mengalami perlambatan yang berdampak pada instabilitas finansial di sejumlah negara berkembang. 

3. Rusia dan China setuju bangun pipa gas lewat Mongolia

ilustrasi pipa gas alam (unsplash.com/bobbymills)

Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa hubungan bilateral Rusia dengan China berada di titik tertinggi. Kedua negara berniat membangun pipa gas alam baru melewati Mongolia. 

Persetujuan ini menjadi langkah Putin untuk mengalihkan ekspor dari Eropa ke China sebagai pembeli gas alam terbesar. Pipa gas alam baru ini disebut mampy menyuplai 50 miliar meter kubik gas per tahun dari Rusia bagian barat ke China bagian utara, dikutip dari CNN.

Pembangunan ini juga termasuk persetujuan suplai gas alam selama 30 tahun ke depan. Sementara, harga gas alam di China ini akan dijual lebih rendah dibandingkan yang dijual ke negara-negara Eropa. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team