Demi Hemat Rp420 Miliar, Blackberry Kembali PHK Karyawannya

Sebelumnya sudah pernah dilakukan

Jakarta, IDN Times - Blackberry dikabarkan akan kembali memecat karyawannya, untuk menghemat biaya operasional perusahaan sekaligus meningkatkan laba tahunan perusahaan.

Dikutip dari beberapa sumber, pada kuartal sebelumnya perusahaan teknologi asal Kanada tersebut sudah melakukan pemecatan terhadap 200 orang karyawannya, dan mengurangi biaya tahunan hingga sebesar 50 juta dolar Amerika Serikat (AS).

1. Untuk menghemat 27 juta dolar AS

Demi Hemat Rp420 Miliar, Blackberry Kembali PHK KaryawannyaBlackBerry (dok. Elevation Pictures/BlackBerry)

Adapun pemecatan atau PHK (pemutusan hubungan kerja) tambahan ini akan menimpa karyawan di bisnis keamanan siber.

Dengan pemecatan tambahan, Blackberry akan mengurangi biaya operasional per tahun sekitar 27 juta dolar AS atau setara dengan Rp420,9 miliar.

Baca Juga: Warner Music akan PHK 600 Karyawan, Siapkan Pesangon Rp1,3 T

2. Menutup 6 kantornya

Demi Hemat Rp420 Miliar, Blackberry Kembali PHK Karyawannyailustrasi PHK (freepik.com/freepik)

Selain itu, Blackberry juga sudah menghentikan operasi 6 dari total 36 lokasi kantor globalnya, dengan tujuan yang sama yaitu mengurangi biaya operasional perusahaan. Dengan mengurangi 6 kantornya tersebut, diperkirakan Blackberry berhemat sekitar 7 juta dolar AS.

Blackberry juga memperkirakan akan menurunkan penggunaan kas operasional pada tahun fiskal berjalan, dan mengantisipasi arus kas operasional menjadi positif pada kuartal keempat tahun fiskal 2025.

Baca Juga: Sayonara! BlackBerry Matikan Layanan Ponsel Mulai 4 Januari 2022

3. Membatalkan IPO

Demi Hemat Rp420 Miliar, Blackberry Kembali PHK Karyawannyailustrasi PHK (pexels.com/Ariel Castillo)

Perushaan juga sudah membatalkan rencana penawaran umum perdana (IPO) untuk bisnis Internet of Things (IoT) pada Desember, namun masih bertujuan untuk membagi bisnis IoT dan keamanan siber menjadi entitas yang berdiri sendiri.

Blackberry menjadi salah satu di antara perusahaan-perusahaan teknologi besar lainnya yang saat ini tengah menemui kondisi ekonomi yang menantang, seperti Grammarly, PayPal, Microsoft, Instagram, Google, dan yang lainnya.

Topik:

  • Dwifantya Aquina
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya