Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dari Tempat Belanja ke Hunian: Ini 7 Fakta Mengejutkan tentang Mal

ilustrasi shopping mall (pexels.com/Magda Ehlers)
Intinya sih...
  • Banyak mal sekarang menambahkan fasilitas lain seperti tempat bermain, bioskop, restoran, bahkan tempat tinggal untuk mengisi ruang kosong.
  • Pada 1980, jumlah mal di Amerika mencapai puncaknya. Namun sekarang, jumlahnya tinggal sekitar 700 aja karena belanja online yang makin populer.
  • Galleria Vittorio Emanuele II adalah mal pertama di dunia yang dibangun tahun 1877 oleh arsitek Giuseppe Mengoni. Tempat ini bukan sekadar tempat belanja, tapi juga jadi landmark bersejarah dengan arsitektur yang megah.

Mal mungkin identik dengan belanja, nongkrong, atau nonton bioskop. Tapi sebenarnya, ada banyak fakta unik di balik pusat perbelanjaan ini yang mungkin belum pernah kamu duga sebelumnya. Mulai dari sejarah mal pertama di dunia, sampai bagaimana mal diubah jadi tempat tinggal sungguhan, semuanya menarik untuk dikulik.

Perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup bikin mal harus beradaptasi. Dulu, mal dipenuhi toko-toko retail besar. Sekarang, kamu bisa menemukan taman hiburan mini, tempat makan mewah, bahkan layanan pemerintah di dalamnya. Jadi, gak cuma tempat belanja, mal udah jadi pusat hiburan dan kehidupan.

Buat kamu yang suka cari tahu hal-hal unik dan menyenangkan, artikel ini bakal kasih tujuh fakta menarik tentang mal. Siapa tahu, habis baca ini kamu jadi pengin jalan-jalan ke mal lagi. Yuk simak!

1. Mal modern gak cuma berisi toko

ilustrasi shopping mall (pexels.com/Dex Planet)

Banyak mal sekarang gak lagi mengandalkan toko retail aja. Sejak banyak brand besar seperti Sears dan JCPenney tutup cabang, pemilik mal akhirnya menambahkan fasilitas lain seperti tempat bermain, bioskop, restoran, sampai tempat tinggal untuk mengisi ruang kosong.

Langkah ini bukan cuma strategi penyelamatan, tapi juga cara bikin mal jadi tempat yang seru dan multifungsi. Bahkan beberapa mal kini punya wahana lempar kapak, lintasan tali, dan taman hiburan mini di dalamnya.

2. Tahun 1980 jadi masa keemasan mal

ilustrasi shopping mall (pexels.com/Burst)

Pada tahun 1980, jumlah mal di Amerika mencapai puncaknya, sekitar 2.500 unit. Tapi sekarang, jumlahnya tinggal sekitar 700 aja. Perubahan ini terjadi karena kebiasaan belanja online yang makin populer. Sekarang, cukup klik-klik dari rumah, barang langsung datang ke pintu.

Penurunan ini juga memaksa mal untuk berinovasi. Tanpa perubahan, banyak dari mereka bisa berubah jadi mal hantu alias kosong melompong.

3. Mal pertama di dunia ada di Milan

ilustrasi shopping mall Galleria Vittorio Emanuele II (pexels.com/Tove Liu)

Gak nyangka kan, kalau mal pertama di dunia berasal dari Italia? Namanya Galleria Vittorio Emanuele II dan dibangun tahun 1877 oleh arsitek Giuseppe Mengoni. Tempat ini bukan sekadar tempat belanja, tapi juga jadi landmark bersejarah dengan arsitektur yang megah.

Mark Twain bahkan pernah menulis bahwa dia pengin tinggal di sana selamanya. Desainnya yang mewah dan atap kacanya bikin tempat ini masih jadi destinasi favorit wisatawan sampai sekarang.

4. Mall of America bukan yang terbesar di dunia

ilustrasi Iran Mall (pexels.com/Mrb bgp)

Mall of America memang luas, tapi ternyata bukan yang paling besar, lho. Gelar itu sekarang dipegang Iran Mall di Tehran. Luasnya hampir empat kali lipat dari Mall of America dan punya fasilitas seperti perpustakaan, masjid, sampai aula konser.

Sebelumnya, gelar ini sempat dipegang oleh New South China Mall di Tiongkok. Tapi karena target pengunjungnya terlalu elit, mal ini sempat sepi. Setelah dirancang ulang untuk kalangan menengah, akhirnya mulai ramai lagi.

5. Mal sukses biasanya punya store ikonik

ilustrasi Apple Store (pexels.com/Czapp Árpád)

Ternyata kehadiran restoran seperti Cheesecake Factory punya peran besar dalam kesuksesan sebuah mal. Restoran ini punya menu super lengkap dan lebih dari 30 varian cheesecake. Gak heran, tempat makan ini jadi magnet pengunjung.

Selain itu, Apple Store juga jadi daya tarik utama. Menurut laporan dari Moody’s Analytics, banyak orang datang ke mal karena Apple Store, bukan kebetulan lewat dan mampir.

6. Dulu makan di mal itu mewah banget

ilustrasi makan di restoran (pexels.com/RDNE Stock project)

Zaman dulu, makan di mal bukan soal cepat saji. Ada yang namanya “ladies who lunch” yang sering kumpul di kafe mewah dalam department store. Menu favoritnya pun khas, seperti coconut cream pie dari Bullock’s dan chicken potpie dari Marshall Field’s.

Sekarang, food court lebih populer karena praktis dan cepat. Tapi beberapa mal udah mulai beralih ke konsep food hall yang lebih modern dan eksklusif, seperti bar anggur otomatis di American Dream Mall.

7. Kamu bisa tinggal di dalam mal

ilustrasi Arcade Providence mall (commons.wikimedia.org/Kaleb Kloppe)

Ini bukan mimpi anak-anak remaja lho, tapi benar-benar terjadi. Di beberapa kota, mal dikembangkan jadi hunian. Ada yang diubah jadi apartemen, ada juga yang dibangun ulang jadi kawasan campuran dengan tempat tinggal, kantor, dan tempat belanja dalam satu area.

Konsep ini muncul karena banyak mal tua yang gak lagi produktif. Daripada dibiarkan kosong, akhirnya dimanfaatkan jadi tempat tinggal dengan fasilitas lengkap.

Dari tempat belanja sampai jadi hunian, perjalanan mal memang luar biasa. Perubahan zaman bikin mal gak lagi sekadar tempat untuk beli barang, tapi juga pusat hiburan, kuliner, dan gaya hidup. Kalau kamu merasa mal sekarang beda dari zaman dulu, kamu gak salah. Perubahannya nyata dan cukup drastis.

Fakta-fakta tadi menunjukkan kalau mal selalu beradaptasi dengan kebutuhan pengunjung. Jadi, jangan heran kalau suatu hari kamu gak cuma belanja, tapi juga tinggal atau kerja di dalam mal!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us