Lawan Arus, Bank Sentral Rusia Justru Pangkas Suku Bunga

Bank Rusia pangkas suku bunga 1,5 poin jadi 8 persen

Jakarta, IDN Times - Bank Sentral Rusia memangkas suku bunga utamanya sebesar 1,5 poin menjadi 8 persen. Pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Rusia seiring dengan penurunan level inflasi yang terjadi secara signfikan dan permintaan konsumen yang juga ikut mengalami penurunan.

Gubernur Bank Sentral Rusia, Elvira Nabiullina, menyatakan indeks harga konsumen masih melemah dikarenakan permintaan konsumen yang juga turun. Ekspektasi inflasi juga telah menurun secara signifikan. Sementara itu, penurunan aktivitas bisnis lebih lambat dari yang diharapkan pada Juni.

"Namun demikian, faktor eksternal tetap menantang ekonomi Rusia dan terus secara signifikan membatasi aktivitas ekonomi di dalam negeri," lapor Nabiullina dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Associated Press, pada Selasa (26/7/2022).

Baca Juga: Inflasi Rusia Tak Terkontrol, Rusia Defisit Anggaran Rp259 Triliun

1. Bank Sentral Rusia klaim berhasil menstabilkan mata uang usai invasi dilakukan

Lawan Arus, Bank Sentral Rusia Justru Pangkas Suku Bungamuhamadrofiqi

Sebelumnya, Bank Sentral Rusia telah menaikkan suku bunga yang mencapai 20 persen usai operasi militer pada 24 Februari silam ke Ukraina. Pascainvasi tersebut sanksi Barat dilayangkan dan berdampak kepada pembatasan transaksi baik melalui perbankan, individu, dan perusahaan di Rusia.

Sanksi dan keluarnya sejumlah perusahaan dari Rusia telah menyebabkan isolasi ekonomi global kepada negara Beruang Merah. Bank Sentral Rusia sendiri telah berhasil menstabilkan mata uang dan sistem keuangan dengan mencegah uang meninggalkan Rusia. Mereka juga memaksa eksportir untuk menukar sebagian besar pendapatan asing mereka ke dalam Rubel.

Baca Juga: Menlu Rusia Berikan Jaminan Pasokan Gandum ke Mesir Aman

2. Inflasi tahunan Rusia turun menjadi 15,9 persen pada Juni

Lawan Arus, Bank Sentral Rusia Justru Pangkas Suku Bungabendera Rusia pada gelaran GP Rusia (autosport.com)

Sementara itu, Bank Sentral Rusia menyatakan inflasi tahunan turun menjadi 15,9 persen pada Juni, dibandingkan dengan 17,1 persen pada Mei lalu.

Bank Sentral Rusia memperkirakan inflasi akan terus turun menjadi 12-15 persen untuk tahun ini. Kemudia, menjadi 5-7 persen pada tahun 2023, dan 4 persen pada tahun 2024.

Pemotongan suku bunga oleh Bank Sentral Rusia terjadi ketika bank sentral di seluruh dunia bergegas ke arah yang berlawanan. Mereka menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi yang dipicu oleh aksi invasi Rusia di Ukraina.

Baca Juga: Lawan Inflasi, Bank Sentral Eropa Naikkan Suku Bunga 50 Basis Poin

3. Suku bunga global diperkirakan terus naik hingga 2023

Lawan Arus, Bank Sentral Rusia Justru Pangkas Suku Bungabloomberg.com

Bank Sentral Eropa bahkan pada Kamis pekan lalu membuat gebrakan kebijakan yang belum pernah terjadi sebelumnya. ECB menaikkan suku bunga deposito acuan sebesar 50 basis poin. Langkah tersebut sebenarnya melanggar panduan dari ECB sendiri untuk pergerakan bertahap sebesar 25 basis poin. Kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin yang diterbitkan oleh ECB merupakan rekor tertinggi selama 11 tahun.

Suku bunga global bahkan diperkirakan oleh IMF akan terus meningkat hingga 2023 mendatang. Namun, harga dari beberapa sumber energi maupun bahan pangan pokok juga diperkirakan akan menurun, seiring dengan mulai berdampaknya upaya sejumlah bank sentral dalam menekan laju inflasi.

"Bank-bank sentral sedang melangkah untuk mengendalikan inflasi, itu adalah prioritas. Mereka harus terus bekerja sampai jelas bahwa ekspektasi inflasi tetap terhambat dengan kuat," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.

Baca Juga: AS Diprediksi Jatuh ke Jurang Resesi dalam 18 Bulan ke Depan

4. Kenaikan inflasi mampu picu resesi global

Lawan Arus, Bank Sentral Rusia Justru Pangkas Suku BungaANTARA FOTO/REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Kenaikan suku bung yang telah dilakukan oleh sejumlah bank sentral di dunia bahkan menjadi sinyal kuat soal ancaman resesi global. Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyatakan prospek ekonomi global memburuk sejak April 2022. IMF tidak dapat mengesampingkan kemungkinan resesi global tahun depan yakni 2023 mengingat faktor risiko yang terus meningkat.

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, mengatakan IMF akan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebelumnya yakni sebesar 3,6 persen untuk ketiga kalinya tahun ini. Ia menambahkan para ekonom IMF kini masih menyelesaikan angka-angka proyeksi terbaru.

IMF diperkirakan akan merilis perkiraan terbarunya untuk tahun 2022 dan 2023 pada akhir Juli, setelah memangkas perkiraannya hampir satu poin persentase penuh pada April. Seperti diketahui, ekonomi global tumbuh sebesar 6,1 persen pada tahun 2021.

"Prospek sejak pembaruan proyeksi pertumbuhan ekonomi terakhir kami pada bulan April lalu kini terus memburuk signifikan," kata Georgieva, seperti dilansir dari US News, beberapa waktu lalu.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya