Rupiah Ditekuk Dolar AS Sore Ini, Melemah ke Level Rp14.873

Bagaiman proyeksi nilai tukar rupiah esok pagi?

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs mata uang Garuda melemah atas mata uang dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Senin (1/8/2022).

Seperti dikutip dari Bloomberg, kurs rupiah ditutup melemah 26 poin ke level Rp14.873 per dolar AS pada perdagangan sore ini. Sebelumnya, rupiah dibuka di level Rp14.834

Baca Juga: Rupiah Bekuk Dolar AS Pagi Ini, Menguat ke Level Rp14.834

1. Dolar AS sensitif terhadap perubahan hasil treasury jangka panjang AS

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan dolar merosot ke level terendah terhadap mata uang lainnya pada Senin (1/8/2022) karena pasar terus bertaruh bahwa Federal Reserve tidak terlalu agresif terhadap kenaikan suku bunga sehingga potensi resesi juga ikut meningkat.

"Dolar AS sangat sensitif terhadap perubahan hasil treasury jangka panjang AS, dengan patokan 10 tahun melayang di sekitar 2,67 persen setelah meluncur ke level terendah sejak awal April di 2,618 persen pada akhir pekan lalu," kata Ibrahim pada Senin (1/8/2022).

Fokus aspek ekonomi AS untuk pekan ini adalah laporan pekerjaan bulanan AS pada Jumat pekan depan. Pedagang saat ini memperkirakan sekitar 31 persen kemungkinan bahwa The Fed akan mempertahankan laju kenaikan suku bunga 75 basis poin saat ini pada pertemuan berikutnya pada 21 September mendatang,

"Dengan peluang 69 persen untuk kenaikan setengah poin yang lebih kecil," katanya. 

Baca Juga: IMF Sebut Mata Uang Digital Bank Sentral Gak Ada Untungnya

2. PMI manufaktur Indonesia meningkat

Dikatakan Ibrahim, angka aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI). Untuk periode Juli 2022, PMI manufaktur Indonesia berada di 51,3. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,2 sekaligus jadi yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

"Pemesanan baru (new orders) meningkat setelah berada di tingkat yang rendah pada Juni. Dunia usaha menyebut peningkatan produksi terjadi seiring tumbuhnya permintaan dari konsumen. Saat permintaan ekspor masih turun, permintaan domestik mampu mengambil alih. Penurunan ekspor bahkan berada di titik terendah sejak Agustus tahu lalu," ucapnya. 

3. Neraca perdagangan mencatat surplus 26 bulan beruntun

Sementara itu, tingginya harga komoditas menjadi faktor yang membuat fundamental Indonesia saat ini cukup kuat. Neraca perdagangan mencatat surplus 26 bulan beruntun, yang membuat transaksi berjalan juga surplus.

Pasokan devisa menjadi besar yang membuat nilai tukar rupiah menjadi cukup stabil, tidak mengalami pelemahan tajam seperti mata uang di kawasan Asia lainnya.

"Selain itu, pemerintah diperkirakan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp420 triliun pada tahun ini karena lonjakan harga komoditas. Kenaikan tersebut digunakan untuk subsidi energi sehingga harga BBM Pertalite dan gas tiga kilogram tidak dinaikkan, yang bisa menjadi inflasi di dalam negeri tidak terlalu tinggi," katanya. 

Baca Juga: Inflasi Juli 2022 Tembus 4,94 Persen, Tertinggi Sejak 2015

4. Proyeksi rupiah esok hari

Ibrahim menambahkan, 'durian runtuh' yang selama ini dinikmati Indonesia berasal dari meroketnya harga komoditas. Harga komoditas berdampak ke neraca perdagangan hingga penerimaan negara.

Pasar finansial Indonesia yang membuat ketahanan ekonomi menjadi stabil walaupun di hantam resesi teknikal dari AS dan inflasi yang tinggi diseantero jagat. Namun, kekuatan ekonomi Indonesia sedang di uji dengan melambatnya ekonomi China.

Jika China terjadi perlambatan ekonomi, kata Ibrahim, akan berdampak terhadap ekspor komoditas Indonesia. Ketakutan ini yang membuat mata uang rupiah melemah walaupun data ekonomi dalam negeri cukup bagus.

"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 39 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 35 poin di level Rp14.873 dari penutupan sebelumnya di level Rp14.834. Sedangkan, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatuf namun ditutup menguat di rentang  Rp14.860-Rp14.890," ujarnya. 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya