Sentimen Data Inflasi Bikin Rupiah Perkasa di Penutupan

Rupiah menguat 71 poin ke level Rp14.765 per dolar AS

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah ditutup menguat atas mata uang dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (11/8/2022).

Seperti dikutip dari Bloomberg, kurs rupiah ditutup menguat 71 poin ke level Rp14.765 per dolar AS pada perdagangan sore ini. Sebelumnya, rupiah ditutup di level Rp14.871.

Baca Juga: Rupiah Dibuka Melemah usai Pengumuman Data Inflasi AS 

1. Dolar jatuh semalam setelah harga konsumen AS tidak berubah pada Juli

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan indeks dolar AS melemah di Kamis (11/8/2022). Dolar jatuh semalam setelah harga konsumen AS tidak berubah pada Juli dibandingkan dengan Juni, ketika harga naik 1,3 persen.

"Jika kenaikan harga telah mencapai puncaknya, investor berharap Federal Reserve AS tidak perlu mempertahankan laju kenaikan suku bunga yang sangat curam," kata Ibrahim pada Kamis (11/8/2022).

Baca Juga: The Fed Naikkan Suku Bunga, 4 Dampak Ini Bakal Dirasakan Ekonomi RI

2. The Fed terus perketat kebijakan moeneter

Lebih lanjut, pasar saham AS dan obligasi jangka pendek juga menguat karena berita soal inflasi AS yang mendorong Nasdaq lebih dari 20 persen di atas level terendah pada Juni dan imbal hasil treasury dua tahun turun menjadi 3,2141 persen atau tujuh basis poin lebih rendah dari penutupan sebelumnya.

Pasar, kata Ibrahim, saat ini memperkirakan peluang 57,5 persen dari kenaikan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan Fed berikutnya menurut alat Fedwatch CME. Meskipun, kenaikan suku bunga 75 basis poin tetap mungkin terjadi.

Pembuat kebijakan The Fed juga memperingatkan dalam sambutan publiknya setelah pengumuman data inflasi AS bulan Juli bahwa mereka akan terus memperketat kebijakan moneter sampai tekanan harga benar-benar turun.

3. Data inflasi AS perkuat sinyal BI pertahankan suku bunga

Inflasi AS turun menjadi 8,5 persen di bulan Juli 2022. Namun, capaian inflasi ini masih mendekati level tertinggi selama beberapa dekade. Laju kenaikan harga yang mengalami penurunan di AS pada Juli karena harga gas menurun. Hal ini menurunkan tingkat inflasi tahunan menjadi 8,5 persen, masih mendekati level tertinggi multi-dekade tetapi lebih rendah dari puncak 4 dekade yang dicapai pada Juni 2022 sebesar 9,1 persen.

Perlambatan laju inflasi membuat pasar makin yakin bahwa The Fed akan sedikit mengerem laju pengetatan moneter. Sebab, selama ini kenaikan suku bunga acuan yang agresif dilakukan atas nama perang melawan inflasi.

Dengan inflasi yang rendah di AS, The Fed dinilai bisa mengerem laju pengetatan moneter, sehingga memperkuat sinyal Bank Indonesia (BI) yang tetap akan menahan suku bunga acuan.

"Karena inflasi juga masih terjaga. Membuat daya beli masyarakat tetap stabil dan ekonomi nasional bisa to the moon. Ini bukti fundamental ekonomi stabil dan berimbas terhadap menguatnya mata uang rupiah," kata Ibrahim.

Baca Juga: Inflasi AS Juli Turun 8,5 Persen, The Fed Tetap Kerek Suku Bunga? 

4. Proyeksi rupiah esok hari

Ibrahim menambahkan, pada penutupan pasar sore ini mata uang rupiah ditutup menguat 105 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 110 poin di level Rp14.765 dari penutupan sebelumnya di level Rp14.870.

"Sedangkan, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatuf namun ditutup menguat di rentang Rp14.740-Rp14.790," ujarnya. 

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya