Sentimen Inflasi Dongkrak Rupiah Terhadap Dolar AS Pagi Ini

Rupiah dibuka menguat 16 poin ke level Rp14.996 per dolar AS

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah menguat atas dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan Senin (18/7/2022). Kurs mata uang Garuda dibuka menguat 16 poin ke level Rp14.996 per dolar AS.

Seperti dikutip dari Bloomberg, mata uang rupiah sebelumnya ditutup di level Rp15.020.

Baca Juga: Inflasi AS Juni 2022 Meroket ke 9,1 Persen, Rekor Tertinggi Sejak 1981

1. Faktor eksternal menguatnya rupiah

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya karena didorong oleh ekspektasi inflasi yang lebih rendah. Dolar AS juga melemah karena investor mengalihkan aset mereka ke aset berisiko karena penjualan ritel AS meningkat lebih dari yang diharapkan.

"Penjualan Ritel AS naik 1,0 persen month to month (mom) lebih tinggi dari perkiraan yakni 0,9 persen. Lebih tinggi juga dari periode sebelumnya sebesar 0,1 persen mom. Seiring dengan permintaan aset berisiko, semua indeks pasar saham AS naik. DJIA, S&P500, dan NASDAQ, masing-masing naik 2,15 persen, 1,92, dan 1,79. Secara keseluruhan, indeks dolar AS turun 0,44 persen menjadi 108,06. Pekan lalu, dolar AS menguat, terutama karena kekhawatiran resesi global membayangi pasar keuangan," kata Josua saat dikonfirmasi IDN Times pada Senin (18/7/2022).

Adapun, pertumbuhan ekonomi China yang lebih lemah mendorong sentimen risk-off di pasar, dan melemahkan mayoritas mata uang Asia. Pertumbuhan ekonomi China turun menjadi 0,4 persen year on year (yoy), lebih rendah dari perkiraan yakni 1,2 persen, dan lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar 4,8 persen. 

2. Faktor internal menguatnya rupiah

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik sebelumnya merilis data neraca perdagangan. Surplus perdagangan Indonesia meningkat menjadi 5,09 miliar dolar AS dari 2,90 miliar. Yield obligasi benchmark IDR naik 1-15 basis poin (bps).

"Pekan lalu, yield obligasi pemerintah 10 tahun naik 11 bps menjadi 7,39 persen. Volume perdagangan obligasi pemerintah mencatat rata-rata Rp11,51 triliun minggu lalu, lebih tinggi dari minggu sebelumnya, Rp10,17 triliun," katanya.

Baca Juga: Inflasi AS Kerek Euro Jatuh ke Level Terendah sejak 2002

3. Prediksi rupiah sore nanti

Josua menambahkan, kepemilikan asing pada obligasi IDR turun Rp1,58tn menjadi Rp764tn atau 15,65 persen.

"Sementara itu, rupiah nantinya diperkirakan akan ditutup fluktuatif di rentang Rp14.925-Rp15.025," ujarnya. 

Baca Juga: Simak! Syarat dan Cara Menukar Uang Rupiah Rusak atau Cacat di BI

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya