Ilustrasi pemeriksaan barang impor oleh Bea Cukai. (dok. Bea Cukai)
Penerimaan bea masuk sepanjang 2024 mencapai Rp53 triliun, tumbuh 4,1 persen (yoy). Pada kuartal I-2024,penerimaan bea masuk sempat menurun karena adanya penurunan nilai impor yang tipis akibat kondisi global. Namun, pada kuartal II-2024, terjadi pertumbuhan dikarenakan adanya kenaikan impor bahan pangan untuk pengendalian dampak perubahan iklim dan penguatan dolar AS terhadap rupiah.
Disusul pertumbuhan di kuartal-III dan IV yang disebakan peningkatan nilai impor yang konsisten, terutama dalam impor bahan baku, barang penolong industri, dan barang konsumsi.
"Bea masuk melanjutkan pertumbuhan positif sejalan dengan pertumbuhan nilai impor sejak bulan Juni, terutama impor bahan baku dan penolong," ujar Budi, Senin (13/1/2024).
Adapun penerimaan bea keluar 2024 ialah sebesar Rp20,9 triliun atau tumbuh 53,6 persen (yoy). Pertumbuhannya terjadi di setiap kuartal, yakni pada kuartal I-2024, dan pertumbuhan bea keluar dipengaruhi oleh penurunan harga CPO dan volume ekspor.
Lalu pada kuartal II dan III-2024, pertumbuhan dipengaruhi oleh kebijakan relaksasi ekspor mineral berlanjut dan harga CPO yang menguat. Terakhir pada kuartal IV-2024, pertumbuhan penerimaan bea keluar dapat terjadi diakibatkan harga CPO mencapai level tetinggi sepanjang 2024.
Penerimaan cukai tahun 2024 ialah sebesar Rp226,4 triliun atau tumbuh 2 persen (yoy). Adapun penerimaan cukai terdiri dari penerimaan hasil tembakau sebesar Rp216,9 triliun, minuman mengandung etil alkohol (MMEA) Rp9,2 triliun, dan etil alkohol (EA) sebesar Rp141,1 miliar.
Pada kuartal I-2024, penerimaan cukai sempat mengalami penurunan karena turunnya produksi hasil tembakau akhir tahun 2023 sebagai basis pembayaran kuartal I. Namun, dapat tumbuh pada kuartal II, setelah tarif efektif CHT tumbuh moderat akibat peningkatan produksi HT dari gol II dan III yang tarifnya lebih murah.
Kemudian, pada kuartal III-2024, pertumbuhan terjadi karena tarif efektif CHT tumbuh moderat, meskipun terjadi penurunan produksi. Pertumbuhan kembali terjadi pada kuartal IV-2024 karena tarif efektif CHT tumbuh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya meskipun terjadi penurunan produksi.