Ilustrasi Bisnis. (IDN Times/Aditya Pratama)
Dunia teknologi merintis jalan yang begitu cepat sehingga ide dan konsep harus segera dilembagakan untuk mencegah orang lain mengambil dan menjalankannya. Demikianlah yang terjadi pada Alexandr Wang.
Dia sedang mempelajari pembelajaran mesin (machine learning) dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di MIT ketika dia melihat celah dan mengambilnya. Penggunaan AI tidak terbatas saat ini, dan masuk ke industri ini sedini mungkin berarti dia diposisikan di sisi perintis teknologi dan bukan di bagian belakangnya.
Jadi, pada usia 19 tahun, dia berhenti kuliah setelah menyelesaikan tahun pertamanya dan memulai Scale AI pada 2016. Waktunya sangat tepat, karena banyak industri yang ingin menerapkan pembelajaran mesin ke dalam struktur bisnis mereka.
Mereka mulai memasok perusahaan kendaraan otonom dengan data yang dibutuhkan untuk menerapkan model pembelajaran mesin. Mereka kemudian memperluas repertoar mereka ke industri lain, termasuk otomasi perusahaan, e-commerce, asuransi, robotika, dan banyak lagi.
Titik baliknya terjadi ketika mereka berhasil mendapatkan kontrak dengan Angkatan Udara AS untuk mengimplementasikan AI ke dalam protokol militer untuk mengoptimalkan manajemen data mereka.
Teknologi Scale AI dapat menganalisis gambar satelit jauh lebih cepat daripada yang dapat dilakukan oleh analis manusia, yang telah membantu secara besar-besaran dalam menentukan kerusakan akibat bom Rusia di Ukraina. Kontrak-kontrak ini telah mencapai lebih dari 350 juta dolar AS dengan pemerintah saja.