5 Perubahan Perilaku Konsumen Belanja Barang Mewah selama COVID-19 

Banyak yang nahan uang tapi galau juga karena gak beli

Jakarta, IDN Times - Survei dari McKinsey menununjukkan konsumen mengalami perubahan perilaku dalam pengeluaran diskresioner atau pengeluaran yang yang dihabiskan untuk pembelian yang tidak penting seperti liburan atau barang mewah, selama lockdown atau PSBB. 

Survei ini dilakukan McKinsey terhadap konsumen di Tiongkok, India, dan Indonesia. Secara umum hasil survei menunjukkan sekitar dua pertiga responden di India dan Indonesia berharap dapat memulihkan pendapatan atau tabungan mereka yang hilang selama terjadinya lockdown ataupun PSBB.

"Banyak responden di masing-masing negara berencana untuk menunda atau melepaskan rencana pembelian mereka terhadap suatu barang," tulis McKinsey dalam laporannya yang dilansir (3/9/2020).

Nah, berikut ini adalah 5 perubahan perilaku konsumen dalam membeli barang mewah pascapandemik COVID-19 terjadi.

1. Membatalkan membeli barang mewah

5 Perubahan Perilaku Konsumen Belanja Barang Mewah selama COVID-19 IDN Times/Yohanes Nugroho

Pertama survei ini menunjukkan rencana konsumen menunda atau membatalkan pembelian barang mewah seperti kendaraan, perhiasan, renovasi rumah dan lainnya. McKinsey melaporkan 61 persen responden Indonesia yang, sebelum wabah, berencana membeli mobil mengatakan bahwa mereka akan membatalkan pembelian tersebut tahun ini. 39 persen masyarakat Indonesia dalam survei ini juga berencana membatalkan membeli perhiasan.

Selain itu, sebanyak 7 persen masyarakat Indonesia mengatakan mereka menunda atau membatalkan rencana pembelian produk perawatan kulit.

Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Kecanduan Belanja Online, Jangan Dibiarkan Kebablasan

2. Belanja lebih sedikit

5 Perubahan Perilaku Konsumen Belanja Barang Mewah selama COVID-19 Ilustrasi rupiah (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Hasil survei juga menunjukkan COVID-19 memengaruhi keinginan membeli konsumen yang cenderung mempertimbangkan lebih cermat terhadap pengeluaran yang tidak penting.

Responden di Tiongkok dan India misalnya, satu dari tiga responden menyatakan mereka berniat untuk membelanjakan lebih sedikit dari yang direncanakan. Namun, mereka membedakan antara harga dan nilai barang yang dibeli.

3. Memilih merek yang terpercaya

5 Perubahan Perilaku Konsumen Belanja Barang Mewah selama COVID-19 Matahari Department Store (IDN Times/Anata)

Meski konsumen membelanjakan uang mereka lebih sedikit dari sebelumnya, responden survei ini mengatakan mereka memilih merek terpercaya sebagai pertimbangan dalam membeli suatu barang. Meskipun tentunya konsumen secara aktif mencari diskon atau promosi, atau dengan beralih ke produk yang lebih murah ke merek lain.

Di Indonesia misalnya, 78 persen responden orang berencana membelanjakan lebih sedikit untuk pembelian ponsel ingin tetap menggunakan merek pilihan mereka.

4. Kegaluan konsumen karena menahan beli barang

5 Perubahan Perilaku Konsumen Belanja Barang Mewah selama COVID-19 Ilustrasi Belanja Online (IDN Times/Meiska Irena)

Hasil keempat survei McKinsey ini menunjukkan bahwa mungkin ada perasaan bersalah atau galau yang terkait dengan pengeluaran untuk barang mewah. Bahkan, di antara mereka yang mampu membelinya—terutama untuk beberapa kategori yang lebih mencolok.

Di Tiongkok misalnya, sepertiga pembeli ponsel menyebutkan perasaan bersalah sebagai alasan mereka melakukannya karena menahan atau membatalan pembelian akibat pandemik ini. Lalu di India, satu dari lima konsumen yang berencana untuk mengurangi atau tidak membeli peralatan rumah tangga berukuran besar mengatakan bahwa alasan utama mereka adalah merasa tidak pantas untuk berbelanja, mengingat konteks sosial saat ini.

Baca Juga: CMO Lazada: Pandemik Ubah Pola Belanja dari 'Wants' Jadi 'Need'

5. Belanja online meningkat, tapi toko fisik masih primadona

5 Perubahan Perilaku Konsumen Belanja Barang Mewah selama COVID-19 Ilustrasi (IDN Times/Besse Fadhilah)

Krisis COVID-19 membuat konsumen beralih belanja secara daring atau online. Tapi temuan McKinsey menunjukkan tingkat percepatan yang tidak merata di berbagai jenis saluran online. Meski begitu, McKinsey menyarankan perusahaan tetap bersiap dengan adanya peningkatan belanja online ini.

Meski diminati, temuan lain McKinsey menyebut toko fisik masih menjadi primadona. Responden survei berharap kembali ke toko fisik. Terutama untuk berbelanja pakaian jadi di Indonesia, serta ponsel dan peralatan rumah tangga kecil dan besar di India.

Baca Juga: Virus Corona Mengubah Drastis Perilaku Konsumen, Apa yang Berubah?

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya