BEI: 2020 dan 2021 Momentum Kebangkitan Saham Ritel 

Investor ritel terus tumbuh di tengah pandemik COVID-19

Jakarta, IDN Times - Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Bursa Efek Indonesia (BEI), Laksono W. Widodo menyebut 2020 sebagai tahun kebangkitan saham ritel. Ia bahkan memprediksi periode positif saham ritel masih akan berlanjut di tahun ini.

"Ini fenomena baru di Bursa Efek Indonesia, di tahun 2020 kita sebut tahun kebangkitan ritel," kata Laksono, dalam diskusi virtual, Kamis (11/2/2021).

Baca Juga: Berkat Transformasi BRI, Investor Ritel Saham BBRI Naik 6 Kali Lipat  

1. Tren kebangkitan saham ritel masih akan berlanjut

BEI: 2020 dan 2021 Momentum Kebangkitan Saham Ritel Ilustrasi Harga Saham Naik (Bullish) (IDN Times/Arief Rahmat)

Laksono menyebut banyak transaksi di 2020 hingga Februari 2021 yang digerakan oleh ritel. BEI mencatat rata-rata transaksi harian pada 2020 sebesar Rp9,19 triliun.

"Bahkan sebenarnya lebih tinggi daripada tahun 2019 pada saat tidak ada pandemik," ucap dia.

2. Investor ritel makin mendominasi

BEI: 2020 dan 2021 Momentum Kebangkitan Saham Ritel Ilustrasi Investasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Baca Juga: Tips Sukses Investasi Saham untuk Biaya Pendidikan Anak

Laksono menambahkan, investor ritel kian dominan saat ini. Investor ritel tercatat memiliki kepemilikan saham kurang lebih 13 persen atau 2 kali lebih banyak dibanding posisi pada 2015.

"Ritel mengalami kenaikan luar biasa, sepertiga dari total market di 2015 menjadi 48 persen di akhir 2020," tuturnya.

Bahkan jumlah investor ritel pada Januari 2021 mencatat rekor tertinggi sejak 1990-an dengan mencapai 70 persen dari total transaksi.

"Dan institusi domestik hanya 13 persen dan asing 18 persen. Ini pencapaian luar biasa dari investor ritel," Laksono menambahkan.

3. Apa yang membuat investasi di saham ritel melonjak?

BEI: 2020 dan 2021 Momentum Kebangkitan Saham Ritel Ilustrasi bekerja di rumah (IDN Times/Arief Rahmat)

Laksono mengungkapkan ada sejumlah faktor kebangkitan saham ritel yang diprediksi akan terus tumbuh hingga tahun ini. Pertama adalah hadirnya aplikasi online. Kedua banyak waktu luang dengan adanya penerapan work from home (WFH) di masa pandemik. Ketiga bunga yang rendah.

"Dibanding taruh di bank cuma 3 persen coba-coba di pasar saham, harapannya dapat yield lebih baik," kata Laksono.

Keempat data di Indonesia termasuk yang murah karena persaingan antar perusahaan telekomunikasi seperti XL, Indosat dan Telkomsel.

"Kompetisi Telkomsel, Indosat sama XL luar biasa, bisa bunuh-bunuhan, tapi kita yang diuntungkan," imbuh dia.

Baca Juga: 5 Tips Penting Investasi Saham untuk Para Pemula, Seperti Apa?

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya