Ekonom: Beda dengan Bukalapak, IPO GoTo di Saat yang Tepat

Apakah GoTo bakal bernasib sama seperti Bukalapak?

Jakarta, IDN Times - Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, langkah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk atau GoTo melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dilakukan di waktu yang tepat. Itu karena sekarang ini mulai terjadi pelonggaran mobilitas.

"Artinya, kenaikan permintaan untuk ride-hailing, pesan antar makanan minuman dan e-commerce juga tinggi. Nanti tinggal alokasi dana yang diperoleh dari investor publik digunakan sebagai pengembangan layanan existing," kata Bhima kepada IDN Times, Rabu (16/3/2022).

Baca Juga: Apa Dampak IPO Goto untuk Mitra Driver dan Konsumen?

1. GoTo bakal bernasib sama seperti Bukalapak?

Ekonom: Beda dengan Bukalapak, IPO GoTo di Saat yang TepatLogo Bukalapak (Website/bukalapak.com)

Bhima menyinggung kesalahan Bukalapak yang menggunakan strategi diferensiasi dengan masuk ke segmen warung, di mana pengguna di luar Pulau Jawa ternyata tidak mudah, terlebih dengan banyak pemain e-commerce.

"Alhasil bisnis e-commerce Bukalapak sebenarnya kalah dari pesaing seperti Shopee dan GoTo, sehingga exit strategy-nya justru keluar dari core business-nya. Publik wajar skeptis terhadap masa depan GoTo, tapi tidak bisa menyamakan antara Bukalapak dan GoTo," Bhima memaparkan.

Terlebih harga saham IPO Bukalapak Rp850 per lembarnya, menurut Bhima terbilang over value untuk pemain yang tidak termasuk top 3 platform e-commerce.

"Sementara GoTo dengan harga Rp300-an per lembar masih lebih menarik, dan jelas Tokopedia maupun Gojek merupakan pemain tier atas, baik di ride hailing maupun e-commerce," katanya menambahkan.

2. GoTo harus bisa jawab kekhawatiran investor melalui transparansi dana

Ekonom: Beda dengan Bukalapak, IPO GoTo di Saat yang TepatIDN Times/Istimewa

Selain itu, menurut Bhima, memang ada kekhawatiran kecenderungan IPO perusahaan digital untuk exit strategy investor dan founder. Tapi, keraguan itu harus dijawab GoTo lewat transparansi penggunaan dana investasi.

"Karena nantinya menjadi perusahaan publik, maka investor wajib tahu kemana arah pengembangan GoTo apakah berkorelasi dengan kinerja, dengan kenaikan GMV misalnya," ucap Bhima.

3. Yang harus diperhatikan GoTo setelah IPO

Ekonom: Beda dengan Bukalapak, IPO GoTo di Saat yang TepatIDN Times/Istimewa

Bhima juga menyarankan GoTo perlu tetap mempertahankan dominasi sebagai platform super-apps, di mana peta persaingan tetap harus lead oleh GoTo. Menurutnya, banyak aplikasi yang keburu IPO, setelah itu hilang dari persaingan karena mengidap sindrom kelebihan likuiditas.

"Di mana kelebihan likuiditas justru digunakan untuk biaya pemasaran, pembelian bangunan, atau pengembangan lini bisnis yang tidak berkorelasi dengan core-nya. Saya harap GoTo berbeda," ujarnya.

Baca Juga: Melantai di BEI Awal April, Ini 3 Penjamin Emisi IPO GoTo 

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya