RI Butuh Rp14,2 Kuadriliun buat Transisi ke Energi Terbarukan 

Investasi itu diperlukan hingga 2060 supaya RI bebas emisi

Jakarta, IDN Times - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut Indonesia membutuhkan investasi yang sangat besar untuk transisi dari energi fosil ke energi terbarukan hingga 2060. Tidak tanggung-tanggung, investasi yang diperlukan mencapai 1 triliun dolar AS pada 2060 atau sekitar Rp14,2 ribu triliun (Kurs Rp14.296).

"Transisi energi memerlukan investasi yang sangat besar. Total investasi sektor kelistrikan diproyeksikan sebesar 1 triliun dolar AS pada 2060 atau 25 miliar dolar AS per tahun (Rp357,6 triliun)," kata Arifin dalam Indonesia Energy Transition Outlook 2022 oleh IESR Indonesia, Selasa (21/12/2021).

Baca Juga: Peliknya Mendorong Energi Terbarukan agar Jadi Energi Masa Depan

1. Perlu dukungan teknologi untuk tekan investasi energi terbarukan

RI Butuh Rp14,2 Kuadriliun buat Transisi ke Energi Terbarukan (IDN Times/Fiqih Damarjati)

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Jepang dan Federasi Mikronesia ini berharap jumlah dana investasi sebesar itu bisa ditekan dengan dukungan teknologi yang kian maju.

"Potensi dan teknologi EBT merupakan modal utama untuk melaksanakan strategi transisi energi menuju net zero emission pada 2060," kata Arifin.

Terlebih Indonesia punya energi terbarukan sangat banyak, lebih dari 3000 gigawatt yang terdiri energi surya, angin, hydro, panas bumi, bioenergy dan laut.

Baca Juga: ESDM Tagih Janji Negara Maju Bantu Transisi Energi: Show Me The Money!

2. Strategi transisi energi pemerintah

RI Butuh Rp14,2 Kuadriliun buat Transisi ke Energi Terbarukan Ilustrasi PLTU

Arifin memaparkan strategi transisi menuju energi baru terbarukan, antara lain dari sisi suplai pengembangan pembangkit energi baru terbarukan secara masif dengan prioritas pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan retairment pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) secara bertahap, pemanfaatan hidrogen, serta pengembangan teknologi penyimpanan listrik.

"Sementara itu, dari sisi permintaan meliputi pemanfaatan kompor listrik, kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, pengembangan interkoneksi smart grid, smart meter, dan jaringan gas bumi," ucapnya.

3. Energi baru terbarukan bisa kurangi emisi di 2040

RI Butuh Rp14,2 Kuadriliun buat Transisi ke Energi Terbarukan Ilustrasi pengisian BBM di SPBU Pertamina. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Dengan transisi energi fosil menjadi energi baru terbarukan, Arifin berharap dapat mengurangi emisi secara signifikan, khususnya setelah 2040. Menurutnya pada 2040, kontrak pembangkit fosil sudah selesai dan 2060 ditargetkan sudah tidak terdapat emisi dari pembangkit.

"Untuk mendorong transisi energi, Kementrian ESDM telah mengesahkan green RUPTL dengan rencana pengembangan pembangkit energi baru terbarukan sebesar 20,9 gigawatt atau 51,6 persen dari total kapasitas pembangkit yang akan dibangun hingga tahun 2030," katanya memaparkan.

Baca Juga: Jokowi: Kita Tinggalkan Energi Fosil dan Beralih ke Energi Terbarukan

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya