Sandiaga Rencana Kurangi Masa Karantina Turis Asing dari 5 Jadi 3 Hari
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno berencana mengurangi masa karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri yang akan masuk ke Indonesia. Ia menyebut, pemerintah tengah mengaji pengurangan masa karantina dari 5 hari menjadi 3 hari.
"Bagi pelaku perjalanan luar negeri yang sudah tervaksinasi lengkap dan ikut prokes 3T akan ada keputusan menurunkan jumlah hari karantina dari 5 jadi 3 hari," kata Sandiaga dalam konferensi pers, Senin (1/11/2021).
Baca Juga: Sandiaga Sebut Kunjungan Turis Domestik Naik 30-35 Persen
1. Banyak wisatawan luar negeri yang ingin masuk ke Bali tapi masih dalam proses
Sandiaga juga melaporkan bahwa ada banyak permintaan dari turis asing yang ingin berlibur ke Bali. Seperti dari India dan Prancis. India misalnya, mereka meminta untuk konsep charter flight di sekitar pertengahan November.
Sandiaga mengatakan pemerintah akan memfasilitasi pelaksanaannya terutama e-Visa, PeduliLindungi, karantina, aturan transit dan perizinan. Sementara untuk Prancis meminta pelonggaran dan pembebasan karantina
"Dan saat ini kita belum bisa melakukan hal tersebut," katanya.
Baca Juga: 126,5 Ribu Wisman ke RI di September, Terbanyak dari Timor Leste-China
2. Pemerintah usul 8 negara tambahan untuk diperbolehkan berlibur di Bali
Selain itu, eks Wakil Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan pihaknya sedang mengusulkan delapan negara tambahan untuk masuk ke Bali. Delapan negara tersebut adalah Austria, Australia, Denmark, Inggris, Swiss, Rusia, Jerman dan Belanda.
"Dengan syarat positivity rate yang rendah dan dengan returning home policy yang sangat memungkinkan," ucapnya.
Baca Juga: Wajib Karantina 5 Hari di Bali, Wisman Harus Tanggung Biaya Sendiri
3. Empat negara lain akan menyusul
Sementara empat negara lain yakni Spanyol, Polandia, Uni Emirat Arab dan Selandia baru juga masih dalam proses pertimbangan karena ada beberapa hal yang harus didiskusikan.
"Ada juga yang masih dipertimbangkan seperti Spanyol dan Polandia dan ada yang beberapa harus kita approach lebih panjang terhadap penerbangan rutin seperti UEA dan New Zealand yang masih memiliki home policy yang ketat. Ini jadi harapan ke depan mudah-mudahan bisa terwujudkan," ujarnya.