Honda Pangkas Investasi EV, Alihkan Fokus ke Kendaraan Hibrida

Jakarta, IDN Times - Honda Motor Co., Ltd. mengumumkan perubahan strategi besar dengan mengurangi fokus pada kendaraan listrik (EV) dan mengalihkan prioritas ke teknologi hibrida. Keputusan ini diambil menyusul perlambatan permintaan EV secara global serta dinamika regulasi yang terus berubah.
Target penjualan EV global Honda pada 2030 kini dipangkas menjadi di bawah 30 persen dari total penjualan, berbeda dari proyeksi sebelumnya yang lebih ambisius. Sebagai gantinya, perusahaan berencana merilis 13 model hibrida generasi baru mulai 2027 untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus tumbuh di segmen ini.
Langkah ini juga mencerminkan upaya adaptasi Honda terhadap tantangan eksternal, seperti kebijakan tarif impor dari Amerika Serikat (AS), serta ketidakpastian di pasar utama seperti Kanada dan Tiongkok.
1. Investasi EV dipangkas, proyek di Kanada ditunda
Honda mengurangi anggaran kendaraan listrik global sebesar 30 persen, dari 69 miliar dolar AS (Rp1,1 kuadriliun) menjadi 48,4 miliar dolar AS (Rp793,7 triliun). Penurunan ini dipicu oleh lambatnya pertumbuhan pasar EV serta tarif 25 persen yang diberlakukan AS terhadap kendaraan impor dari Kanada dan Meksiko.
“Kami memutuskan untuk menunda investasi besar di Kanada karena pasar EV tidak berkembang seperti yang kami perkirakan sebelumnya,” ujar juru bicara Honda, dilansir Reuters.
Penundaan ini mencakup proyek senilai 15 miliar dolar Kanada (Rp176,4 triliun) di Ontario yang seharusnya memperkuat rantai pasok EV Honda di Amerika Utara.
Pabrik perakitan EV dan fasilitas baterai di Alliston yang awalnya ditargetkan beroperasi penuh pada 2028 kini ditunda dua tahun. Meski tidak memengaruhi 4.200 pekerja aktif di pabrik CR-V dan Civic, penundaan proyek ini menimbulkan kekhawatiran di sektor otomotif Ontario.
2. Strategi baru fokus ke hibrida
Honda akan meluncurkan 13 model hibrida antara 2027 hingga 2031 untuk memenuhi lonjakan permintaan di segmen tersebut. Tahun 2024, Honda mencatatkan penjualan lebih dari 308.500 unit kendaraan hibrida di AS.
“Kendaraan hibrida adalah solusi realistis untuk mengurangi emisi sambil tetap terjangkau bagi konsumen,” kata CEO Honda, Toshihiro Mibe, dikutip dari Nikkei Asia.
Sebagai bagian dari strategi baru, Honda akan mulai menggunakan baterai hibrida dari pabrik Toyota di AS, menggantikan pasokan dari Tiongkok dan Jepang.
Keputusan ini juga untuk menghindari tarif tambahan 10 persen pada impor dari Tiongkok dan potensi tarif 25 persen untuk kendaraan asal Jepang. Dengan rantai pasok yang lebih lokal, Honda berupaya menekan biaya produksi dan memperkuat daya saing di pasar AS.
3. Penyesuaian strategi dan rencana jangka panjang
Meski investasi EV dikurangi, Honda tetap menargetkan 100 persen penjualan kendaraan bertenaga baterai dan sel bahan bakar pada 2040. Namun, perusahaan akan lebih selektif dan strategis dalam melakukan investasi.
“Kami akan membuat keputusan investasi dengan sangat hati-hati,” ujar Toshihiro Mibe, dikutip CBC News.
Salah satu contohnya adalah pemindahan produksi Civic hibrida lima pintu dari Jepang ke Indiana, AS, untuk menghindari beban tarif yang diperkirakan mencapai 4,4 miliar dolar AS (Rp72,1 triliun) pada 2026.
Selain itu, Honda tengah menyiapkan peluncuran EV kecil dengan harga di bawah 30 ribu dolar AS (Rp491,8 juta) pada 2026 untuk pasar Amerika Utara. Ini menunjukkan bahwa meskipun fokus bergeser ke hibrida, Honda tetap menjaga peluang di segmen EV murah dan terjangkau.