Nissan Batalkan Proyek Pabrik Baterai EV Rp18,1 Triliun di Jepang

- Nissan membatalkan pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik senilai 1,1 miliar dolar AS di Kitakyushu, Jepang Selatan.
- Keputusan ini disebabkan tekanan finansial serius yang dihadapi Nissan dan mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang memburuk.
Jakarta, IDN Times - Nissan Motor Co. resmi membatalkan pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik (EV) senilai 1,1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (Rp18,1 triliun) di Kitakyushu, Jepang Selatan. Pengumuman ini disampaikan pada Jumat (9/5/2025), memicu kekhawatiran di industri otomotif yang tengah berlomba mengembangkan teknologi hijau.
Keputusan ini mencerminkan tekanan finansial serius yang dihadapi Nissan. Saham perusahaan langsung turun 2,3 persen di Bursa Efek Tokyo setelah kabar ini tersebar. Proyek yang sebelumnya diharapkan membuka ribuan lapangan kerja kini dibatalkan, meninggalkan ketidakpastian di wilayah Kitakyushu.
Selain memukul perekonomian lokal, keputusan ini memunculkan keraguan terhadap strategi elektrifikasi Nissan. Padahal, perusahaan sempat mengumumkan peluncuran 19 model EV hingga 2030.
1. Alasan pembatalan proyek

Pembatalan proyek ini dilatari oleh kondisi keuangan Nissan yang memburuk. Perusahaan mencatat kerugian operasional sebesar 16,4 miliar yen (Rp1,8 triliun) pada kuartal terakhir 2024, dipicu penurunan penjualan di pasar utama seperti AS dan China.
"Kami harus memprioritaskan stabilitas finansial sebelum melanjutkan investasi besar," ujar Makoto Uchida, CEO Nissan.
Uchida menambahkan, langkah ini merupakan bagian dari strategi pengendalian biaya, bukan pengabaian terhadap visi elektrifikasi.
Tingginya biaya bahan baku dan gangguan logistik global turut memperberat keputusan ini. Rencana pembangunan pabrik baterai lithium-ion di Kitakyushu memerlukan investasi awal yang sangat besar, sementara Nissan kini berfokus pada efisiensi dan likuiditas.
2. Dampak terhadap Kitakyushu dan industri lokal
Kitakyushu kehilangan salah satu proyek industri terbesar yang pernah direncanakan. Kota ini telah mengalokasikan lahan dan insentif sejak 2023 untuk mendukung pembangunan pabrik.
"Pengumuman ini sangat mengecewakan. Kami segera mencari investor baru untuk memanfaatkan lahan yang telah disiapkan," ujar Wali Kota Kitakyushu, Kenji Kitahashi, dalam pernyataannya, dilansir The Japan Times.
Proyek ini semula diharapkan menciptakan 3 ribu lapangan kerja serta menghidupkan rantai pasok industri otomotif lokal. Beberapa perusahaan, termasuk Kyushu Electric Power, kini harus menyesuaikan proyeksi pendapatan dan rencana ekspansi mereka.
3. Strategi Nissan ke depan

Meski proyek di Jepang dibatalkan, Nissan tetap melanjutkan ekspansi EV dengan pendekatan berbeda. Perusahaan mengalihkan fokus ke optimalisasi fasilitas yang sudah ada, seperti di Inggris dan AS.
"Kami akan mempercepat pengembangan baterai melalui kemitraan strategis," kata Uchida, dilansir Nikkei Asia.
Nissan disebut sedang menjajaki kerja sama dengan Panasonic dan CATL untuk menjamin pasokan baterai masa depan.
Analis memperingatkan langkah ini bisa memperlemah posisi Nissan di pasar global EV, terutama di tengah dominasi Tesla dan BYD. Untuk tetap kompetitif, Nissan harus menyeimbangkan efisiensi biaya dengan inovasi teknologi dan target emisi yang semakin ketat di pasar global.