2 Pasang Pengusaha Millennial Asal Indonesia Melaju di YSE Singapura 

Mereka bersaing dengan ratusan tim dari banyak negara

Jakarta, IDN Times - Dua kelompok pengusaha muda asal Indonesia terpilih maju dalam program Young Social Enterpreneurs (YSE) Singapore International Foundation (SIF). Mereka adalah founders Neurafarm, Febi Agil Ifdillah dan Lintang Kusuma Pratiwi dan founders Aikite, Shofi Latifah Nuha Anfaresi dan M Sayyid Tsabit Anfaresi.

Mereka bersaing dengan ratusan tim dari puluhan negara hingga berhasil lolos di babak final. Seperti apa perjalanannya?

1. Aikite berawal dari kegelisahan melihat pencemaran lingkungan

2 Pasang Pengusaha Millennial Asal Indonesia Melaju di YSE Singapura Dok.SIF

Founder Aikite, Shofi Latifah mengungkapkan, ide bisnis mulai muncul tahun 2018. Hal itu berawal dari masyarakat di tempat tinggalnya, Bangka, kesulitan akses air bersih. Di daerah tersebut banyak tambang timah yang mengontaminasi air.

"Kemudian juga banyak masyarakat yang protes karena lingkungannya. Dari sana, kami mulai mencari solusi untuk membantu masyarakat mendapatkan air bersih. Tidak hanya dari tambang, bisa juga dari yang lainnya seperti dari tanah, tapi fokus bisnis kami di sana. Kami berupaya membantu masyarakat yang memiliki permasalahan air di lingkungannya," ujar Shofi dalam wawancara virtual bersama IDN Times, Jumat (2/10/2020).

Berawal dari itulah, Shofi beserta Sayyid mengikuti program YSE. Program khusus dari SIF ini telah membina lebih dari 1.200 alumni di 39 negara, dan memiliki jaringan 525 perusahaan sosial di Singapura dan sekitarnya.

"Kami tertarik dengan YSE karena ada tempat pengajaran atau inkubasi. Kami punya social enterprise, dan kami ingin ada organisasi yang bisa bantu kami, terutama yang memprovide mentor, memprovide materi-materi tekait bisnis, dan mengembangkan social entreprize kami ke depannya. Dalam program YSE ini ada banyak mentor dari Asia Tenggara, kemudian ada kompetisinya juga, jadi kami bisa saling belajar dari social entreprise yang lain," tuturnya.

2. Layanan filter air sudah bisa digunakan di Bangka dan Jogja

2 Pasang Pengusaha Millennial Asal Indonesia Melaju di YSE Singapura Ilustrasi kali di Jakarta (IDN Times/Anata)

Lambat laun, bisnis sosial Aikite yang didirikan Shofi dan Sayyid membuahkan hasil. Aikite berupaya memecahkan masalah pencemaran air untuk orang-orang di daerah pedesaan dengan cara menyediakan komunitas lokal dengan filter yang terjangkau untuk mengolah
air yang tercemar. Mereka juga memberikan pendidikan dan konsultasi gratis kepada masyarakat lokal tentang air dan kesehatan masyarakat.

Saat ini, layanan filter air tersebut sudah berhasil digunakan di 30 keluarga di Bangka dan 5 keluarga di Yogyakarta. Aikite juga rutin mengadakan konsultasi dengan memeriksa air ke rumah-rumah masyarakat dan memberikan pemahaman bagi masyarakat yang memiliki masalah air agar terhindar dari gangguan kesehatan akibat air yang kotor.

"Untuk pengadaan filter air bersih, kami melakukan penginstalan filter di daerah yang airnya sudah terkontaminasi. Selain itu, saat ini kami juga aktif melakukan sosialisasi-sosialisasi ke desa terkait pengelolaan air rumah tangga, solusi terhadap air yang keruh dan kotor di sumur. Tak hanya itu, di tengah pandemic seperti sekarang, kami juga mengadakan webinar nasional mengenai Water, Sanitation, & Hygiene (WASH) Education kepada lebih dari 350 orang di Bangka dan juga Yogyakarta," jelasnya.

3. Neurafarm ingin meningkatkan produktivitas pertanian dengan bantuan teknologi

2 Pasang Pengusaha Millennial Asal Indonesia Melaju di YSE Singapura Ilustrasi pertanian (IDN Times/Rochmanudin)

Sementara, founder Neurafarm, Febi Agil Ifdillah mengungkapkan proses membangun bisnis memakan waktu 3 tahun. Neurafarm adalah perusahaan pertanian cerdas dengan misi meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya di industri pertanian melalui teknologi.

"Jadi, sebenarnya manusia dihadapkan dengan satu problem yang luar biasa di masa depan, di 2050 nanti ada 2 miliar orang tambahan. Artinya, kita harus meningkatkan produktivitas lahan kita. Di satu sisi, lahan kita terus menurun, petani kita juga menurun, lalu populasi selalu meningkat. Artinya, ya, gimana caranya kita meningkatkan produktivitas dengan resource yang lebih sedikit," ujar Febi.

Menurut Febi, teknologi dapat membantu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bersama partner bisnisnya, Lintang, dibuatlah satu produk bernama dr Tania. Aplikasi tersebut bisa membantu petani mengidentifikasi penyakit tanaman hanya melalu gambar. Selain itu, para petani juga bisa berdiskusi dengan para ahli yang bisa membantu proses pertanian sehari-harinya.

"Petani juga bisa lebih efisien dengan kalkulator pupuknya, jadi mereka gak harus mengeluarkan cost lebih tinggi. Ini sudah ada beberapa piloting dari 2019 dan 2020. Hasilnya, kita bisa menurunkan cost untuk chemical hingga 70 persen dan mengurangi kegagalan panen akibat hama hingga 40 persen," tuturnya.

4. Peserta terpilih program YSE akan dibimbing langsung oleh McKinsey & Company dan Temasek International

2 Pasang Pengusaha Millennial Asal Indonesia Melaju di YSE Singapura Dok.YSE

Sekadar informasi, tahun ini angkatan ke-11 program YSE mempresentasikan ide bisnis sosial mulai dari pemanfaatan teknologi baru untuk mewujudkan masyarakat yang lebih inklusif. Selain itu, menganjurkan cara alternatif untuk menyelamatkan lingkungan, hingga memberdayakan komunitas yang rentan melalui edukasi dan pelatihan kerja.

Terlepas dari pebedaan wilayah yang terdampak dan latar belakang budaya, semua tim bertujuan membawa perubahan yang berkelanjutan di komunitas tempat mereka beroperasi.

Workshop YSE terdiri dari rangkaian intensif webinar dan klinik bisnis yang dipimpin oleh para wirausahawan sosial, thought leaders, dan ahli strategi bisnis. Peserta mendapatkan pengetahuan untuk menjadi wirausaha sosial yang efektif dalam sesi keuangan, pemasaran, dan pengukuran dampak.

Selama enam bulan ke depan, peserta terpilih akan dibimbing oleh konsultan bisnis terkemuka dari McKinsey & Company dan Temasek International. Selain itu, mereka juga berkesempatan mengasah ketajaman bisnis, melebarkan perspektif budaya, dan memanfaatkan jaringan alumni YSE global yang terdiri dari lebih 1.200 anggota.

Pada Maret 2021, semua tim akan berkumpul kembali di acara YSE Pitching for Change untuk mempresentasikan rencana bisnis yang telah disempurnakan kepada panel juri untuk mendapatkan kesempatan pendanaan awal senilai hingga 20.000 dolar Singapura.

Baca Juga: MusimPanen, Startup Indonesia Memenangkan Pendanaan YSE 2018 dari SIF

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya