E-Wallet Bakal Tetap Dipakai Meski Strategi Bakar Uang Disetop

Gopay mempunyai pengguna organik tertinggi

Jakarta, IDN Times - Survei Ipsos, perusahaan riset global asal Perancis, menyatakan konsumen akan tetap menggunakan dompet digital atau e-wallet kendati strategi 'bakar uang' disetop. Namun demikian, loyalitas konsumen untuk tetap menggunakan dompet digital tanpa promo bergantung pada kualitas layanan.

"Kenapa bakal tetap pakai dompet digital? Karena mereka merasakan kenyamanan, gak perlu bawa cash, gak khawatir kalau gak ada uang kembalian, dan gak bingung cari ATM. Faktor keamanan juga membuat mereka tetap pakai dompet digital," ujar Research Director Customer Experience, Ipsos in Indonesia, Olivia Samosir dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (12/2).

1. Gopay mempunyai pengguna organik tertinggi

E-Wallet Bakal Tetap Dipakai Meski Strategi Bakar Uang Disetop(Ilustrasi GoPay) IDN Times/Fariz Fardianto

Berdasarkan kategori penggunaan dompet digital tanpa promo, Olivia melanjutkan, 36 persen responden menggunakan dompet digital untuk pembayaran jasa transportasi online. Kemudian, 29 persen responden menggunakan dompet digital untuk pembelian makanan dan minuman pesan antar online, dan 14 persen responden menggunakan dompet digital untuk pembelian makan dan minuman di gerai.

"Hasil survei menunjukkan Gopay mempunyai pengguna organik tertinggi karena konsumen menilai Gopay paling unggul dalam aspek keamanan yakni sebesar 76 persen, kepraktisan 77 persen, inovasi 72 persen, layanan pelanggan 73 persen, serta dapat diterima di mana-mana 76 persen," jelasnya.

2. Sudah saatnya pemain dompet digital beralih ke pertumbuhan bisnis berkelanjutan

E-Wallet Bakal Tetap Dipakai Meski Strategi Bakar Uang DisetopPoltak Hotradero, Business Development Advisor, Bursa Efek Indonesia (IDN Times/Indiana Malia)

Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia Poltak Hotradero mengatakan, sudah saatnya para penyelenggara dompet digital untuk beralih dari pola pikir ‘grow at all cost’ ke pertumbuhan bisnis berkelanjutan. Sebab, praktik ‘bakar uang’ memakan biaya yang tinggi dan dapat menghasilkan distorsi atas gambaran konsumsi masyarakat yang sesungguhnya.

"Merujuk pada potensi yang luas di transaksi mikro di sektor keuangan dan manfaat yang telah dirasakan oleh para pengguna saat ini, animo masyarakat untuk menggunakan dompet digital akan tetap tinggi walaupun para pemain sudah tidak lagi 'membakar uang'. Yang terpenting adalah para pemain meningkatkan faktor keamanan dan kenyamanan layanannya bagi para pengguna," ujar Poltak saat menanggapi hasil survei Ipsos.

Baca Juga: Strategi "Bakar Uang" e-Wallet, Siapa yang Sebenarnya Diuntungkan?

3. Gopay mengklaim bakar uang bukan strategi utama menggaet konsumen

E-Wallet Bakal Tetap Dipakai Meski Strategi Bakar Uang DisetopIlustrasi cashback e-wallet (IDN Times/Indiana Malia)

Managing Director Gopay Budi Gandasoebrata mengatakan, 'bakar uang' memang strategi yang efektif untuk menarik konsumen. Namun, promosi bukan menjadi strategi utama Gopay untuk mendapatkan dan mempertahankan konsumen. Sebab, promosi saja tidak cukup untuk menciptakan loyalitas.

Oleh karena itu, Gopay senantiasa mengembangkan layanan berkualitas dan customer experience yang aman, mudah, dan praktis, sambil tetap membuat program promo yang strategis dan tepat sasaran sesuai segmen konsumen yang membutuhkan.

"Salah satu keunggulan Gopay adalah mengombinasikan strategi promosi yang efektif dengan strategi perluasan fungsi sehingga Gopay bisa digunakan sebagai alat pembayaran untuk berbagai kebutuhan transaksi sehari-hari. Itulah yang membuat pengguna tetap menggunakan Gopay meskipun tanpa promo. Strategi ini juga dipandang sebagai keunggulan oleh para investor," ungkap Budi.

4. Survei Ipsos melibatkan 500 responden

E-Wallet Bakal Tetap Dipakai Meski Strategi Bakar Uang DisetopOlivia Samosir, Research Director Customer Experience, Ipsos in Indonesia (IDN Times/Indiana Malia)

Survei Ipsos melibatkan 500 responden di 5 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Palembang dan Manado. Penelitian dilakukan dengan wawancara tatap muka. Responden didominasi millennial dan gen Z dengan kelas ekonomi menengan ke bawah yang berpotensi besar sebagai pengguna dompet digital.

Penelitian dilakukan pada 20 Desember 2019 hingga 5 Januari 2020. Margin off error dari penelitian tersebut adalah 2 persen. Survei tersebut merupakan kelanjutan riset Ipsos bertajuk “Indonesia-The Next Cashless Society” yang dipaparkan pada Ipsos Marketing Summit di Januari lalu.

Baca Juga: 71 Persen Millennial dan Gen Z Pakai Dompet Digital karena Promo

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya