Neraca Perdagangan Defisit Rp1,33 Miliar, Kita Perlu Ekstra Hati-Hati
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan masyarakat perlu ekstra berhati-hati. Sebab, neraca perdagangan defisit di angka Rp1,33 miliar. Sementara, perlambatan ekonomi dunia dan perang dagang diprediksi masih terus berlangsung di tahun-tahun mendatang.
"Kita semua perlu ekstra hati-hati. Ekonomi melambat, perdagangan internasional juga melambat. Akibatnya, permintaan menurun. Jadi kita semua perlu ekstra hati-hati ke depan," kata Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Senin (16/12).
1. Defisit disebabkan kinerja ekspor menurun
Suhariyanto menjelaskan, defisit neraca perdagangan disebabkan kinerja ekspor menurun. BPS mencatat ekspor Indonesia pada November 2019 menurun 6,17 persen dibanding Oktober 2019, yaitu dari US$14.931,6 juta menjadi US$14.010,3 juta.
"Penurunan ekspor November 2019 dibanding Oktober 2019 disebabkan oleh menurunnya ekspor nonmigas 7,92 persen, yaitu dari US$14.015,5 juta menjadi US$12.904,9 juta. Sementara, ekspor migas naik 20,66 persen dari US$916,1 juta menjadi US$1.105,4 juta," jelasnya.
Baca Juga: Usai Surplus, Neraca Dagang RI September 2019 Defisit US$160,5 Juta
2. Kinerja ekspor menurun 5,67 persen year on year
Editor’s picks
Suhariyanto melanjutkan, secara tahunan (year on year) jika dibanding November 2018, ekspor menurun 5,67 persen. Sementara, impor naik 3,94 persen menjadi US$15,34 miliar. Angka tersebut naik US$ 14,76 miliar dibanding bulan sebelumnya.
"Kalau kita lihat, migas defisit sebesar US$1 miliar dolar AS dan non-migas US$ 0,3 miliar," ungkapnya.
Menurut dia, defisit saat ini masih lebih rendah dibanding November 2018. Pada November 2018, defisit neraca perdagangan berada di angka US$2,08 miliar. Artinya, defisit turun US$ 0,75 miliar.
3. Ekspor nonmigas turun hingga 46,78 persen
Suhariyanto menjelaskan, penurunan terbesar ekspor nonmigas terjadi pada bijih, perak, dan abu logam sebesar US$239,6 juta (46,78 persen). Sementara, peningkatan ekspor terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$131,2 juta (8,69 persen).
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb
Baca Juga: Ini Jurus Jokowi Sembuhkan Neraca Dagang RI yang Defisit