[WANSUS] Euforia Millennial di Lantai Saham selama Pandemik 

Kalangan anak muda lebih menata rencana keuangan masa depan

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 menghadirkan berkah tersendiri di dunia pasar modal. Di tengah aturan pembatasan sosial, kelompok millennial dan gen-Z mengisi waktunya dengan transaksi saham. Seperti apa peran mereka di pasar modal? Apa yang meletarbelakangi ketertarikan mereka?

Berikut wawancara khusus IDN Times bersama Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia, Hasan Fawzi.

Baca Juga: Saham Lagi Ngetrend, Ini Tips Buat Investor Pemula

1. Bagaimana perkembangan pasar modal selama pandemik? Seberapa banyak investornya?

[WANSUS] Euforia Millennial di Lantai Saham selama Pandemik Karyawan memantau pergerakan harga saham di Kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (15/7/2020) (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Tahun lalu itu ada kejadian yang mungkin jadi berkahnya pandemik. Di tengah pembatasan sosial, justru di bursa kita ada fenomena yang luar biasa. Jumlah investor kita meningkat tajam, belum lagi aktivitasnya. Jadi investor baru ini bukan investor pasif, tetapi langsung menjadi investor yahg aktif banget transaksinya. Tahun lalu kami mencatat banyak rekor pertumbuhan di pasar modal.

Jumlah investor secara total jadi rekor tertinggi dari angka 2,24 juta menjadi 3,88 juta di akhir tahun, naik sekitar 1,4 juta. Profilnya mayoritas anak-anak muda. Investor saham kita naik dari 1,1 juta menjadi 1,7 juta. Itu belum pernah terjadi sebelumnya. Memang super pertumbuhan besar datangnya dari anak muda kita di kelompok millennial dan Gen-Z. Sudah 3 tahun terakhir ini pertumbuhannya meningkat di antara segmen usia lainnya. 

Kalau investor muda usia 17-25 tahun ada 623 ribu, jadi 33 persen investor pasar modal adalah mereka. Generasi berikutnya usia 26 tahunan ada 19 persen di angka 300 ribuan investor. Kalau kita hitung, sudah 52 persen anak muda yang jadi investor. Mayoritas investor di bawah 30 tahun. Untuk investor usia 31-40 tahun juga 30 persen, jadi total investor di bawah 40 tahun di angka 75 persen dari seluruh total investor saham kita. 

2. Apa yang menyebabkan investor muda tertarik gabung di pasar modal?

[WANSUS] Euforia Millennial di Lantai Saham selama Pandemik IDN Times/Arief Rahmat

Mungkin banyak yang mau cepet kaya, hehe. Fenomena investasi ini menunjukkan kesadaran, banyak dari kalangan anak muda lebih menata perencanaan keuangan ke depan. Tujuan investasi adalah mendapatkan tambahan nilai dari dana aset yang kita investasikan.

Mereka kelihatannya melihat alternatif investasi yang baik adalah pasar modal. Ini tidak salah karena secara jangka panjang memang secara umum investasi di pasar modal memberikan peluang cukup tinggi. Ini memotivasi mereka dan jadi fenomena positif.

Mereka tidak menunda sampai usia lanjut, tetapi mereka mulai sedari muda untuk investasi di pasar modal. Kami dorong terus, harus disertai semangat belajar dan tahu persis apa yang harus dilakukan. Jadilah investor bijak di pasar modal sehingga keuntungan dapat tercapai.

3. Sektor apa yang paling diminati anak muda?

[WANSUS] Euforia Millennial di Lantai Saham selama Pandemik Ilustrasi Fintech (IDN Times/Arief Rahmat)

Ada kecenderungan mereka senang memilih perusahaan yang dekat dengan keseharian, misalnya tekonologi atau fintech company.

Tetapi yang menarik, kita juga melihat teman investor juga senang investasi di impact bisnis. Banyak yang milih saham perusahaan yang menunjukkan kepedulian, ramah lingkungan, ramah sosial, dan tata kelola yang baik. Mereka agak selektif memilih saham-saham yang menguntungkan dan ada orientasi keberlanjutannya. 

Baca Juga: 11 Istilah tentang Saham yang Perlu Diketahui Investor Pemula

4. Bagaimana agar millennials tidak terjebak di komunitas saham yang gak jelas seperti pompomers?

[WANSUS] Euforia Millennial di Lantai Saham selama Pandemik Ilustrasi Grafik Penurunan (IDN Times/Arief Rahmat)

Teman-teman investor muda harus sadar betul, investasi di mana pun termasuk pasar modal memang selain memberikan potensi keuntungan tentu juga ada risiko yang harus dikelola dengan baik. Jangan mudah ikut-ikutan. Teliti betul kalau ingin bergabung dengan komunitas tertentu, jangan sampai di balik itu ada iktikad yang kurang baik.

Jadi, sebetulnya kuncinya sederhana. Kamu memiliki aset itu secara penuh sehingga berlakulah filosofi, 'it’s your money, its your decision'. Jangan pernah menggantungkan keputusan investasi ke pihak lain sebelum betul-betul meneliti dengan memeriksa peluang dan risikonya apa.

Saran terbaik adalah kalau berniat jadi investor langsung di instrumen saham, setidaknya harus mulai memahami tentang aspek analisa, baik fundamental atau teknikal. Misalnya fundamental, kamu harus rajin mencermati kondisi perusahaan yang sahamnya ingin diinvestasikan.

BEI punya ketentuan banyak sekali terkait keterbukaan informasi, misalnya laporan keuangan, public expose yang rutin atau insidental. Kalau perusahaan yang sahamnya tercatat di kami dan ada kondisi khusus yang harus dibuka info ke publik, maka ada kewajiban melakukan itu.

Teman investor harus  mencermati itu karena memengaruhi valuasi dan prospek ke depan. Terakhir, kalau suka gabung di komunitas itu gak salah kok. Banyak juga komunitas investor yang bagus. Jadi silakan lho teman-teman mencari, bergabung dengan teman satu visi, satu nilai dan semangatnya sama, positif lalu saling berbagi. Tapi pada akhirnya tetap it's your money, it's your decision.

Kalau masih bertanya pilihan saham apa, itu artinya belum cukup menyediakan waktu belajar. Masih saja terdorong ikut-ikutan atau percaya rekomendasi pihak lain. Daripada nanya saham apa, pilih dari 720 saham itu lalu cari informasinya, teliti saham-saham itu, untuk konfirmasi bisa dengar kiri kanan apa yang terjadi pada saham tersebut. Jadi harus punya keinginan sendiri untuk memilih satu saham pilihan.

5. Apakah di BEI ada program khusus untuk mengenalkan pasar modal?

[WANSUS] Euforia Millennial di Lantai Saham selama Pandemik ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Kami di BEI tugas utamanya menyediakan sarana perdagangan yang harus terus berlangsung secara teratur, wajar, dan efisien. Kami juga ada tugas edukasi, merancang dan memberikan program edukasi kepada investor maupun calon investor.

Tahun lalu, BEI bekerja sama dengan mitra melaksanakan hampir 9000 kegiatan edukasi. Karena pandemik, sejak Maret 2020 sudah 7000-an edukasi dilakukan secara online. Gak ada pembatasan ruang dan fisik, jadi teman-teman dari segala penjuru bisa bergabung program edukasi secara virtual.

Dari 9000 kegiatan itu, hampir 30 kegiatan per hari. Topik berganti-ganti dan diperuntukkan berbagai level, ada yang untuk pemula, untuk yang sudah aktif menjadi investor, bahkan ada kelas lanjut untuk mengenalkan berbagai alternatif produk di luar saham. Kami juga ada sekolah pasar modal (SPM) sejak tahun lalu yang dilakukan secara digital. Ini dilakukan gak hanya di BEI, tetapi di 30 kantor perwakilan BEI, jadi teman investor punya banyak jalur edukasi yang disediakan oleh BEI.

Di luar BEI, banyak juga yang menyediakan edukasi yang baik. Tentu disarankan minimal ke teman-teman yang berizin, misalnya anggota bursa efek, mereka rajin bikin program edukasi, begitu pula manajer investasi. Selain itu, komunitas investor banyak kok yang positif, yang mengajak kesadaran investasi dan mengajarkan juga bagaimana cara berinvestasi yang baik. Banyak pilihannya, investor pemula jangan sungkan dan ragu sebelum telanjur aktif tanpa pengetahuan yang cukup. Belajar dulu.

6. Bagaimana caranya ikut sekolah pasar modal? Berapa biayanya?

[WANSUS] Euforia Millennial di Lantai Saham selama Pandemik Ilustrasi IHSG (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Biayanya gratis karena ini kewajiban edukasi BEI. Kalau SPM berbayar Rp100 ribu itu untuk menjadi saldo awal, karena saat kelas berlangsung akan dibukakan rekening efeknya, jadi saldo akan kembali. Caranya mudah, tinggal masuk ke website kami. Di sana tersedia jadwalnya. Pilih kelas sesuai jadwalmu. Ada banyai sekali kesempatan, 2-3 kali seminggu. Ini dilakukan secara online.

SPM ini juga ada da tingkatannya. Kalau yang belum jadi investor di level 1 pemula, level 2 SPM lanjutan ada analisa-analisa teknikal dan fundamental dibahas di sana, kemudian level 3 membahas variasi alternatif produk lain selain saham yang bisa dipelajari. 

7. Bagaimana caranya membeli saham?

[WANSUS] Euforia Millennial di Lantai Saham selama Pandemik Ilustrasi aplikasi perdagangan saham. (Pixabay.com/Firmbee)

Sederhana. Kami di pasar modal ada bursanya. Kami ini diibaratkan seperti di shoping mall sebagai pengelolanya. Sementara, gerai-gerai adalah saham yang tercatat di bursa. Di BEI ada 720 saham, itulah dagangan yang bisa dipilih. Kalau ingin beli saham gak bisa beli langsung. Ada perantara perdagangan efek, harus buka rekening dulu di perusahaan efek atau sekuritas. Sudah banyak anggota bursa yang memfasilitasi buka rekeing online.

Masuk ke website www.idx.co.id, di kolom perusahaan efek ada halaman khusus yang menampikan anggota bursa yang bisa menerima pembukaan rekening online, lalu bisa melakukan pembelian saham sesuai pilihan. Jadi sudah sangat dimudahkan.

8. Saat ini marak startup di kalangan millennial. Bagaimana perkembangan startup yang sudah IPO?

[WANSUS] Euforia Millennial di Lantai Saham selama Pandemik Ilustrasi startup (IDN Times/Umi Kalsum)

Pada 2019 akhir itu sudah ada papan khusus untuk para fintech startup yang masih dalam kelompok menengah kecil. Ada 5 startup company yang IPO dan masuk papan akselerasi. Banyak juga perusahaan fintech yang cukup matang sehingga mampu masuk di area papan pengembangan. Kalau ingin memiliki perusahaan jenis teknologi, dan startup memberikan peluang tinggi, tersedia di papan-papan itu.

9. Sejak awal 2020 sudah ada berapa banyak perusahaan yang IPO?

[WANSUS] Euforia Millennial di Lantai Saham selama Pandemik Ilustrasi IHSG (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Tahun ini ada 7 yang IPO baru. Beberapa kemarin ada yang heboh karena banyak yang ARA berkali-kali. Ya tidak apa-apa sepanjang mereka melakukan keterbukaan informasi, semoga disertai aspek dan prospek fundamental yang baik. Tahun lalu ada 51 perusahaan yang IPO.

Saat ini masih ada 25 perusahaan yang izin IPO. Jadi mudah-mudahan dalam waktu dekat mereka akan menyusul IPO sepanjang dapat persetujuan BEI. Investor harus lebih teliti karena perusahaan yang baru IPO belum punya track record. Ada caranya tersendiri untuk investasi di saham-saham yang baru ini.

10. Bagaimana dengan BUMN? Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu mengatakan ada 12-an BUMN akan IPO.

[WANSUS] Euforia Millennial di Lantai Saham selama Pandemik Logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpasang di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020) (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Kami harapkan minimal tahun ini. Saya kira BUM banyak yang melakukan persiapan, sinergi dengan kami, menyiapkan proses IPO di BUMN dan anak BUMN. Dalam 1-3 tahun ke depan bisa teralisasi. Kami butuh perusahaan yang prospek ke depan lebih pasti, ini akan menambah jajaran BUMN dan anak BUM yang melantai di bursa.

11. Gojek dan Tokopedia kabarnya mau IPO juga?

[WANSUS] Euforia Millennial di Lantai Saham selama Pandemik Gojek/Tokopedia

Resminya belum. Kami belum menerima failing, jadi belum ada permohonan untuk IPO dari Gojek maupun Tokped. Tetapi kami sudah mencermati di internal mereka sudah secara lugas bilang ke media memang dalam waktu dekat mau funraising, menggalang dana dengan mencatatkan sahamnya di bursa.

Kami harapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa melakukan IPO. Tidak hanya (IPO) di luar sana, kami harapkan mereka mau melakukan IPO di BEI. Masih proses, mudah-mudahan mereka menyuarakan niatnya.

Kami juga bersiap-siap, jadi pada waktunya akan ada keterbukaan informasi. Sabar saja, jangan takut ketinggalan informasi. Kami sudah ada e-IPO pada awal pendaftaran, mana-mana saja perusahaan yang akan melakukan IPO termasuk nama-nama besar tadi.

12. Ramai aktivitas influencer merekomendasikan saham, menurut BEI bagaimana? Apa BEI punya aturan khusus?

[WANSUS] Euforia Millennial di Lantai Saham selama Pandemik ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Memang ada fenomena influencer merekomendasikan beli saham A, jual B, itu kurang positif karena penyampaiannya kurang disertai analisa yang mendasarinya. Belum lagi kalau lupa disclaimer tertentu, artinya dia tidak secara terbuka menyatakan telah membeli lebih dulu sahamnya atau mengetahui informasi itu dari pihak yang bisa disebutkan.

Kita coba memperhatikan hal ini. Kami rangkul dan diskusi dengan teman-teman dari kalangan selebgram, Youtuber, influencer. Kami berikan edukasi, kami dapat masukan, kami beri saran-saran. Kami ajak mereka gabung di bursa di program influencer yang kami mulai sejak 2019. Harapannya influencer yang memiliki visi yang sama, yang memiliki iktikad baik, dapat mengedukasi followers-nya agar dapat update informasi. Influencer diedukasi dulu sebelum menyampaikan ke masyarakat. Mereka menyambut positif hal ini.

Baca Juga: Mau Mulai Investasi di Pasar Modal? Cek Cara Membuka Rekening Saham

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya