WFH Diterapkan, Bagaimana Nasib Industri Properti Sewa Perkantoran?

Sistem bekerja dari rumah kian lazim dilakukan

Jakarta, IDN Times - Model bisnis pemilik atau penyewaan ruang perkantoran telah berubah imbas pandemik COVID-19. Hal itu otomatis juga berdampak pada kinerja properti perkantoran.

"Krisis terkini berimplikasi terhadap model dan desain perencanaan ruang kerja alternatif. Karena pandemik, banyak perusahaan tidak bisa kembali kepada model bisnis mereka sebelumnya," kata Kepala Riset Colliers International Indonesia, Ferry Salanto dikutip dari ANTARA, Kamis (20/8/2020).

1. Sistem bekerja dari rumah kian lazim dilakukan

WFH Diterapkan, Bagaimana Nasib Industri Properti Sewa Perkantoran?Ilustrasi Work From Home (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Ferry, sistem model bisnis baru itu biasanya menggabungkan perkantoran dengan kerja jarak jauh. Dengan demikian, lanjutnya, sistem seperti bekerja dari rumah diperkirakan bakal semakin lazim dijalankan.

Tarif sewa dan okupansi atau tingkat keterhunian diperkirakan terus menurun untuk properti perkantoran. Ferry mengatakan, pihak penyewa seharusnya mendapatkan manfaat, meski diakui hal itu tidaklah mudah.

Baca Juga: Perbedaan WFH dengan Remote Work Menurut HR dan CEO Startup!

2. Permintaan properti perkantoran masih tertekan

WFH Diterapkan, Bagaimana Nasib Industri Properti Sewa Perkantoran?Suasana gedung perkantoran di bilangan Jakarta Pusat dilihat dari Gedung Perpusnas (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Permintaan terhadap properti perkantoran berada dalam tekanan. Tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di negara lainnya. Namun demikian, diperkirakan akan naik kembali secara gradual.

"Pasar perkantoran negara-negara Asia Pasifik berada dalam tekanan dari kombinasi permintaan yang stagnan dan pasokan yang telah lama direncanakan," ucap Direktur Eksekutif Riset Colliers International Asia, Andrew Haskins.

Berdasarkan data Colliers di 19 negara Asia-Pasifik, rata-rata penurunan penyerapan ruang perkantoran hingga 56 persen pada kuartal II-2020 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Andrew Haskins memperkirakan sepanjang tahun 2020 ini di kawasan Asia-Pasifik akan dapat terdapat penurunan hingga 41 persen dibandingkan dengan penyerapan tahun sebelumnya.

3. Okupansi perkantoran di Jakarta menurun

WFH Diterapkan, Bagaimana Nasib Industri Properti Sewa Perkantoran?Jakarta (IDN Times/Besse Fadhilah)

Perusahaan konsultan properti Knight Frank Indonesia mengungkapkan pandemik COVID-19 menyebabkan tingkat hunian atau okupansi perkantoran di Jakarta turun tipis dari okupansi Semester II 2019 sebesar 76 persen menjadi 75,9 persen pada Semester I 2020.

"Dari tingkat hunian, seperti yang bisa diprediksi turun menjadi 75,9 persen. Hal ini juga diikuti harga sewa yang cenderung turun dan berada di bawah tekanan di semua grade (kelas) yang ada," kata Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat.

Syarifah menuturkan tingkat kekosongan ruang perkantoran Jakarta mencapai 24,1 persen dan ada serapan 81.699 meter persegi jumlah ruang pada periode ini.

Baca Juga: 375 Karyawan di DKI Positif COVID-19, Millennials Setuju WFH Lagi?

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya