Inflasi 2023 Diproyeksi di Bawah Target Bank Indonesia

Jakarta, IDN Times - Sejumlah ekonom memperkirakan inflasi tahunan pada 2023 berada di kisaran 2,7 persen hingga 2,81 persen (yoy) atau di bawah target Bank Indonesia sebesar 3 persen (yoy). Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi selama tahun 2023 pada hari ini.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede meramal, inflasi akhir tahun 2023 akan sebesar 2,81 persen year on year (YoY). Proyeksi ini lebih baik ketimbang realisasi inflasi di tahun 2022 yang tercatat 5,51 persen (yoy).
"Penurunan signifikan ini terutama disebabkan oleh penurunan harga bahan bakar dan energi global, yang mengakibatkan penurunan inflasi harga yang diatur pemerintah tahun ini," ungkap Josua, Selasa (2/2/2024).
1. Naiknya permintaan selama Nataru dorong inflasi Desember naik

Secara bulanan, inflasi diperkirakan 0,60 persen (mtm) di Desember, atau meningkat signifikan dibandingkan bulan November sebesar 0,38 persen (mtm). Kenaikan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan musiman selama liburan Natal dan Tahun Baru.
Josua pun menyampaikan dalam keranjang IHK, komoditas seperti makanan dan minuman terlihat mengalami kenaikan harga, memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap inflasi Desember 2023
"Lonjakan ini dipengaruhi oleh peningkatan permintaan secara musiman dan dampak El Nino. Selain itu, transportasi, rekreasi, hotel, dan restoran juga terpantau mengalami kenaikan harga selama periode liburan akhir tahun," ungkap Josua
2. Inflasi pangan jadi penyumbang inflasi Desember

Inflasi harga bergejolak, terutama pada harga pangan, diperkirakannya akan tetap menjadi pendorong utama inflasi secara keseluruhan.
"Kami memperkirakan inflasi inti akan turun dari 1,87 persen yoy di November menjadi 1,83 persen (yoy) di Desember. Namun, secara bulanan, inflasi inti diperkirakan akan menguat dari 0,12 persen (mtm) menjadi 0,17 persen (mtm) didorong oleh peningkatan permintaan terkait liburan akhir tahun," imbuh Josua.
3. Base line effect 2022 pengaruhi laju inflasi Desember

Sementara itu, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan laju inflasi Desember akan mencapai 2,7 persen (yoy). Angka ini sedikit menurun dari 2,86 persen (yoy) pada November.
"Turunnya inflasi disebabkan tingginya base effect yang terlihat pada tahun lalu ketika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dilonggarkan oleh pemerintah dan masih terdapat dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM pada tahun lalu.
Kemudian untuk laju inflasi inti diperkirakan akan melanjutkan tren penurunannya, sedikit menurun dari 1.87 persen (yoy)pada 23 November menjadi 1.86 persen (yoy)pada 23 Desember.
"Namun demikian, secara bulanan, inflasi inti terlihat menguat dari 0,12 persen (mtm) di bulan November menjadi 0,20 persen (mtm) di bulan Desember. Kami mengamati adanya permintaan yang kuat, didukung oleh peningkatan mobilitas masyarakat," ujarnya.