Mayoritas Utang Indonesia dalam Bentuk Rupiah

Rupiah melemah dan mempengaruhi utang pemerintah

Jakarta, IDN Times - Utang pemerintah tercatat masih Rp4.253 triliun pada Juli 2018. Namun, pemerintah menilai beban pembayaran utang tidak berat akibat gejolak mata uang, termasuk rupiah. 

1. Pemerintah fokus pada pinjaman dalam rupiah

Mayoritas Utang Indonesia dalam Bentuk RupiahANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Salah satu alasannya adalah karena sekitar 60 persen utang tersebut dalam mata uang rupiah. Sisanya, 40 persen dalam bentuk mata uang asing (valas).

“Berutangnya kita sekarang banyak yang rupiah. Kalau rupiah kan pinjaman kecil kan tidak terpengaruh depresiasi,” kata Direktur Strategi dan Portofolio Utang pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, Schneider Siahaan, Selasa (21/8). 

2. Pelemahan rupiah tetap pengaruhi utang

Mayoritas Utang Indonesia dalam Bentuk RupiahANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Meski demikian, Schneider mengakui bahwa menurunnya nilai mata uang (depresiasi) rupiah tetap berpengaruh kepada utang pemerintah.

Itulah mengapa pemerintah akan berfokus dengan utang berdenominasi mata uang rupiah saja dibanding dengan utang berdominasi valuta asing. Hal itu dilakukan juga untuk menahan depresiasi rupiah terhadap dolar AS.

 

Baca Juga: Utang Indonesia Tak Wajar? Jawaban Menkeu Sri Mulyani Ini Bikin Jleb

3. Utang pemerintah dalam posisi aman

Mayoritas Utang Indonesia dalam Bentuk RupiahANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Schneider lalu membandingkan kondisi ekonomi Indonesia saat utang mayoritas dalam bentuk dolar. “Jadi (jika utang dalam dolar), pada saat seperti ini berat karena semua bayarnya pakai depresiasi sekarang sekitar 60 persen rupiah,” jelasnya.

Menurut dia, utang pemerintah saat ini masih dalam kondisi yamg aman dan masih di bawah batas ketentuan yang ada. Sampai dengan Juli 2018 utang pemerintah tercatat sebesar Rp4.253 triliun atau 29,75 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

 

“Kalau dari studi yang ada 60 persen terhadap PDB itu masih oke. Kita itu maksimal tiga persen dari defisit setiap tahun maksimal untuk negara berkembang distudi yang ada dan kita itu semua di bawah itu jauh,” kata dia. (infobanknews.com)

Baca Juga: Di Tengah Pelemahan Rupiah, Jokowi Klaim Beberapa Keberhasilan Ekonomi

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya