Jadwal Operasi LRT Jabodebek Molor Lagi ke 2023, Kok Bisa?

Jakarta, IDN Times - Jadwal operasional LRT Jabodebek molor hingga tahun depan. Awalnya, proyek tersebut ditargetkan soft launching pada Agustus 2022 lalu.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Entus Asnawi Mukhson. Dia mengatakan proyek tersebut diperkirakan beroperasi pada Juni 2023.
“Dari hasil pembahasan kami dengan para pihak yang terkait, diharapkan nanti bulan Juni tahun depan (2023) mulai beroperasi,” kata Entus dikutip ANTARA, Senin (19/9/2022).
1. Progres konstruksi LRT Jabodebek sudah 96 persen

Entus mengatakan, hingga saat ini progres atau perkembangan konstruksi LRT Jabodebek sudah mencapai 96 persen. Adapun penundaan operasional dilakukan karena Adhi Karya selaku kontraktor masih memastikan faktor keamanan penumpang.
“Sampai saat ini pekerjaan fisik hampir selesai 96 persen. Cuma karena ini tanpa masinis, untuk memastikan safety-nya sesuai, ada tambahan dari berbagai pihak,” tutur Entus.
2. Biaya proyek LRT Jabodebek Rp23 triliun

Lebih lanjut, LRT Jabodebek sendiri adalah kereta yang dioperasikan tanpa masinis, karena menggunakan teknologi Grade of Automation (GoA) level tiga.
Jalur rel kereta layang ringan tersebut panjangnya mencapai 44 kilometer (km). LRT Jabodebek memiliki 3 jalur lintasan, yaitu Bekasi Timur-Cawang, Cibubur-Cawang, dan Cawang-Dukuh Atas.
Proyek tersebut memakan biaya Rp23,3 triliun. Adapun pembayaran kebutuhan biaya itu dilakukan dengan dua pola. Pertama, sebesar Rp19,1 triliun dibayar dengan periode 3 bulanan. Kedua, sebesar Rp4,2 triliun dibayar di akhir.
“Jadi kurang lebih (anggaran proyek) Rp500 miliar per kilometer,” ujar Entus.
3. KAI gandeng operator kereta Malaysia buat operasikan LRT Jabodebek

Sebelumnya, pengoperasian LRT Jabodebek nantinya akan dilakukan PT KAI bersama operator kereta dari Malaysia, yakni Prasarana Berhad Malaysia.
Kerja sama dilakukan untuk menyiapkan Awak Sarana Perkeretaapian Otomatis dan Pengendali Otomatis LRT Jabodebek.
KAI menyatakan Prasarana Berhad Malaysia dipilih karena sudah berpengalaman mengoperasikan Kereta Api secara otomatis yang menerapkan sistem GoA 3 sejak 1998.