Jakarta, IDN Times - Dua dekade sudah proyek penggarapan Blok Masela mandek. Padahal lapangan minyak dan gas terbesar di Indonesia masuk sebagai salah satu proyek strategis nasional (PSN). Proyek migas yang terletak di belahan timur Indonesia itu ditemukan melalui eksplorasi pertama kali pada 2000.
Terletak di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, potensi cadangan gas alam Blok Masela luar biasa. Pemerintah menaksir potensinya mencapai 10,73 triliun kaki kubik (Tcf) dan tak akan habis hingga 70 tahun.
Namun, persoalan berlarut-larut mewarnai proyek tersebut. Selama ini, Blok Masela dikelola oleh PT Inpex Masela Limited sebagai operator dengan kepemilikan saham 65 persen, dan Shell Upstream Overseas Services sebesar 35 persen.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sempat mengungkapkan kekecewaannya terhadap Shell yang tidak bertanggung jawab setelah memutuskan mundur dari Proyek LNG Blok Masela.
"Harusnya kalau (Shell) udah gak mau (mengelola Blok Masela) ya udah (lepas) aja kan," kata Arifin kepada wartawan di kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat pada 27 Mei 2023.
Pemerintah pun menjalankan proses pengambilalihan hak partisipasi atau participating interest (PI) Shell di Blok Masela. Kini, pengambilalihan oleh PT Pertamina akhirnya menemukan titik terang setelah melalui proses yang alot.