Kala Anak-anak Antusias Telusuri Sejarah Rupiah Lewat Mainan Jadul

- Pameran Bentengan di Museum Bank Indonesia menampilkan empat zona pameran sesuai perkembangan zaman, dari permainan digital hingga tradisional.
- Pameran ini menampilkan rincian mata uang jadul dari berbagai era, mulai dari koleksi uang Rp1.000 tahun 2000 hingga Rp10.000 tahun 1998.
- Pameran ini bertujuan untuk edukasi anak-anak tentang sistem pembayaran dan risikonya, serta mengenalkan ciri-ciri keaslian uang sejak dini.
Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) membuka Pameran Temporer D'Commentry bertajuk Bentengan di Museum Bank Indonesia (MuBI), Jakarta, yang mengangkat tema permainan anak-anak dari masa ke masa.
Pameran Bentengan digelar di Ruang Temporer MuBI dan beberapa area sekitar ruang tata pamer, berlangsung pada 24 Juni hingga 24 Agustus 2025 (tentatif), setiap hari pukul 08.00 hingga 15.30 sesuai jam operasional MuBI.
Seremoni pembukaan pameran Bentengan di MuBI berlangsung meriah dengan penampilan interaktif, tepuk tangan antusias anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang hadir, dan pemutaran video permainan tradisional di layar utama.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Junanto Herdiawan menyampaikan pameran digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun BI pada 1 Juli, Hari Anak Nasional pada 23 Juli, serta Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia pada 17 Agustus.
"Tentunya bukan hanya mainannya saja, karena di setiap mainan ada ceritanya. Dan salah satu cerita adalah bagaimana sistem pembayaran itu juga berrevolusi dari masa ke masa," kata dia dalam pembukaan pada Senin (14/7/2025).
1. Ada empat zona pameran sesuai perkembangan zaman

Pameran Bentengan di Museum Bank Indonesia menampilkan koleksi numismatik dan non-numismatik dalam narasi “Bermain dan Telusuri Uang Lewat Cerita Anak” yang terbagi dalam empat zona.
Zona Digital menggambarkan permainan anak-anak era 2000-an hingga sekarang yang cenderung bersifat individual dan didukung teknologi transaksi elektronik seperti QRIS dan e-wallet. Zona Analog menampilkan permainan era 1970 hingga 1990-an saat anak-anak masih bermain secara fisik dan menggunakan uang tunai, termasuk uang Tabanas.
Zona Tradisional mengangkat permainan era 1945–1969 yang banyak dilakukan di ruang terbuka menggunakan alat buatan sendiri. Sementara itu, zona Koda menjadi penutup dengan menampilkan koleksi uang bertema anak-anak seperti seri For The Children of The World dan Uang Rupiah Khusus edisi kemerdekaan ke-75.
Anak-anak tampak sangat antusias saat memasuki masing-masing zona pameran Bentengan. Mereka berlarian, saling menunjuk koleksi, dan aktif mencoba permainan interaktif yang disediakan di setiap area, mulai dari zona Tradisional hingga Digital.
2. Rincian mata uang jadul yang dipamerkan ke anak-anak

Pameran Bentengan di MuBI menampilkan beragam koleksi numismatik dari berbagai era. Untuk Era Digital, koleksi yang dipamerkan meliputi uang Rp1.000 (2000), Rp5.000 (2001), Rp10.000 (2010), Rp2.000 (2016), Rp20.000 (2022), Rp50.000 (2016), dan Rp100.000 (2022), seluruhnya tanpa seri.
Pada Era Analog, pengunjung dapat melihat koleksi seperti Rp1 Seri Soedirman (1968), Rp1 koin (1970), Rp100 (1977), Rp5 koin (1971), Rp100 (1984), Rp100 (1992), Rp500 (1992), Rp1.000 koin (1991), Rp5.000 (1992), dan Rp10.000 (1998).
Sementara itu, koleksi Era Tradisional mencakup 1 Sen ORI (1946), 5 Sen ORI (1946), koin 5 dan 10 sen (1951/1954/1957), 1 sen koin (1963), 50 sen koin (1963), serta 5 dan 10 Sen Seri Dwikora (1965).
Zona Koda sebagai bagian penutup menampilkan koleksi seperti Rp5 koin Seri Keluarga Berencana (1974), Rp10 koin Seri Tabanas (1975) dan (1980), Rp10.000 (1992), Rp20.000 (1998).
Di zona Koda juga ada uang peringatan khusus seperti Rp200.000 dan Rp10.000 Seri Save The Children (1990), Rp150.000 dan Rp10.000 Seri Save The Children (1999), serta Rp75.000 Uang Peringatan Khusus (UPK) 75 Tahun Kemerdekaan Indonesia (2020).
3. BI edukasi anak tentang sistem pembayaran hingga risikonya

Junanto menjelaskan salah satu tujuan digelarnya pameran Bentengan adalah untuk mengajak anak-anak terus bermain sambil belajar. Kegiatan bermain dapat membantu anak melatih kemampuan integrasi, sinergi, koordinasi, hingga keterampilan sosial seperti berjejaring dan bergaul.
Selain itu, pameran ini juga dirancang untuk mengenalkan perkembangan sistem pembayaran, mulai dari uang rupiah fisik hingga pembayaran digital. Dia menyampaikan anak-anak perlu dibekali pemahaman mengenai risiko penggunaan sistem digital, termasuk skimming, phishing, judi online, dan pinjaman ilegal.
Melalui pameran ini, BI juga mengenalkan ciri-ciri keaslian uang sejak dini sebagai bagian dari edukasi cinta, bangga, paham rupiah yang ditanamkan kepada pengunjung anak-anak.
"Nah ini yang kita ajar kepada anak-anak itu salah satu yang kita inginkan, ingatkan kepada anak-anak di museum ini," tambahnya.