Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
gambar karyawan Vale Indonesia di lahan hijau (vale.com)

Intinya sih...

  • PT Vale Indonesia berkomitmen untuk melindungi lingkungan sesuai standar internasional.
  • Mereka menargetkan karbon netral pada 2050 dengan mengurangi emisi karbon dan konsumsi air.
  • Mereka pun melakukan konservasi keanekaragaman hayati, rehabilitasi pascatambang, dan mengurangi beban landfill.

Tambang dan lingkungan selalu dianggap sebagai dua hal yang berseberangan. Selama ini, aktivitas tambang sering kali dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Anggapan ini ada karena banyak perusahaan kerap kali melupakan tanggung jawab mereka terhadap dampak negatif yang muncul dari aktivitas pertambangan. Namun, gak semua perusahaan tambang seperti itu, kok! PT Vale Indonesia jadi salah satu contohnya.

PT Vale Indonesia merupakan perusahaan tambang dan pengolahan nikel terbesar di Indonesia. Gak hanya menambang nikel, melalui kampanye menambang kebaikan dengan tagar #MenambangKebaikan, PT Vale juga bertekad untuk melindungi lingkungan sesuai dengan standar Sistem Manajemen Lingkungan (SML) internasional atau yang dikenal dengan ISO 14001:2015. Hal itu dibuktikan dengan beberapa komitmen mereka terhadap pengelolaan dan perlindungan lingkungan. Apa saja komitmen mereka? Berikut penjelasan lengkapnya!

1. Agenda rendah karbon

gambar bangunan PT Vale Indonesia (vale.com)

Gak bisa dimungkiri, aktivitas pertambangan, mulai dari konsumsi energi, transportasi, hingga pengolahan bahan tambang dapat menghasilkan karbon, termasuk karbon dioksida (CO2) yang berperan penting dalam efek rumah kaca. Dilansir Science Direct, setiap tahunnya, aktivitas pertambangan menyumbang 4—7 persen efek rumah kaca global yang tentu berdampak buruk pada perubahan iklim. Mengatasi hal tersebut, PT Vale Indonesia berkomitmen untuk mempertahankan operasi pertambangan nikel dengan intensitas karbon yang lebih rendah.

PT Vale Indonesia melakukan efisiensi dan transisi energi dengan memaksimalkan pemakaian energi terbarukan dan melakukan konservasi energi. Untuk memastikan semuanya berjalan sesuai, PT Vale Indonesia juga menetapkan peta jalan menuju karbon netral 2050. Adapun, target jangka menengah mereka ialah dapat mengurangi emisi karbon absolut sebanyak 33 persen pada 2030 dan mencapai karbon netral (net-zero emission) pada 2050 mendatang.

2. Penurunan intensitas konsumsi air

gambar Danau Matano (commons.m.wikimedia.org/Bluetooth7)

Air sangat dibutuhkan dalam aktivitas pertambangan. Air biasanya digunakan untuk pengolahan mineral, penangkalan debu, hingga rehabilitasi lokasi. Dilansir NuWater, tanpa pengelolaan yang tepat, limbah air yang dibuang sembarangan akan mencemari sumber air yang tersedia.

Sadar akan risiko tersebut, PT Vale Indonesia selalu memastikan bahwa aktivitas pertambangan yang dilakukan gak mencemari Danau Matano, Mahalona, dan Towuti, yang merupakan sumber air untuk aktivitas pertambangan. Terlebih lagi, ketiga danau ini juga digunakan oleh penduduk setempat untuk kebutuhan sehari-hari. Secara berkala, perusahaan melakukan analisis hasil olahan efluen di laboratorium terakreditasi.

Hasilnya, sampai 2023, laboratorium gak menemukan potensi pembentukan air asam tambang yang berdampak buruk bagi lingkungan. Gak berhenti sampai di situ, PT Vale Indonesia juga berusaha menurunkan intensitas konsumsi air dengan menerapkan Kebijakan Efisiensi Air dan Penurunan Beban Pencemaran Air Limbah. Dengan kebijakan ini, PT Vale Indonesia berhasil mengurangi volume air secara signifikan dari 8.861.643 m³ pada 2021 menjadi 7.561.108 m³ pada 2023 lalu.

3. Konservasi keanekaragaman hayati

gambar karyawan Vale Indonesia merawat tumbuhan di lahan hijau (vale.com)

Gak hanya mengurangi konsumsi air, PT Vale Indonesia juga melakukan konservasi keanekaragaman hayati. Bagaimanapun, kegiatan pertambangan dilakukan di area terbuka. Mau gak mau, aktivitas pertambangan ini pasti akan berdampak pada alam sekitar, termasuk flora dan fauna yang hidup di dalamnya. Meski aktivitas pertambangan gak bisa dihentikan, bukan berarti flora dan fauna yang terdampak bisa diabaikan begitu saja.

Solusinya, PT Vale Indonesia melakukan konservasi pada flora dan fauna dengan membuka Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Sawerigading Wallacea. Diresmikan pada 30 Maret 2023 lalu, Taman Kehati Sawerigading Wallacea ini memiliki luas sekitar 15 hektare. Di tempat inilah, berbagai spesies flora dan fauna yang terdampak tinggal, termasuk 30 ekor rusa dan berbagai spesies kupu-kupu endemik. Terakhir, PT Vale Indonesia juga melakukan penanaman kembali flora yang terdampak di lahan yang sudah selesai direhabilitasi.

4. Pengurangan beban landfill atau tempat pembuangan akhir (TPA)

gambar karyawan Vale Indonesia (vale.com)

Banyak orang yang gak tahu kalau aktivitas pertambangan juga menghasilkan limbah. Biasanya, limbah-limbah ini akan diletakkan di landfill, yaitu sebuah lubang besar tempat limbah-limbah padat dan berbahaya dikubur dengan menggunakan tanah berlapis-lapis. Meski landfill modern dirancang dan dikelola dengan baik untuk mencegah pencemaran lingkungan, jika limbah yang dibuang terlalu banyak tentu akan membebani landfill.

Mencegah hal tersebut, PT Vale Indonesia berkomitmen untuk mengurangi beban landfill dengan mengoptimalkan pengelolaan timbunan limbah. Setiap limbah ditangani dengan cermat sesuai dengan jenisnya. Untuk limbah berupa bahan berbahaya dan beracun (B3) akan diserahkan ke pihak ketiga yang sudah mengantongi izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Limbah medis juga akan dibakar menggunakan generator, sebelum diserahkan ke pihak ketiga dalam bentuk abu. Sementara, limbah non-B3 akan didaur ulang supaya bisa digunakan kembali. Dengan cara ini, diharapkan beban landfill akan banyak berkurang sehingga bisa mencapai zero waste to landfill pada 2025 mendatang.

5. Reklamasi lahan bekas tambang dan rehabilitasi lahan di luar Kontrak Karya

gambar dua karyawan Vale Indonesia di lahan pertambangan (vale.com)

Melakukan konservasi keanekaragaman hayati saja ternyata gak cukup, lho! Selain menciptakan rumah baru bagi flora dan fauna yang terdampak, PT Vale Indonesia juga melakukan rehabilitasi pascatambang, yaitu pemulihan lingkungan yang mengalami kerusakan selama proses penambangan. Pada 2023 lalu, PT Vale Indonesia berhasil merehabilitasi lahan seluas 224,4 hektare atau sekitar 83 persen dari target 260 hektare. Dalam pelaksanaannya, PT Vale Indonesia juga bekerja sama dengan masyarakat setempat yang sudah mendapatkan pelatihan khusus dari pemerintah dan LSM. Sedikit demi sedikit, lahan yang mengalami kerusakan diperbaiki, ditanami berbagai jenis tumbuhan, hingga bisa kembali menjadi hutan pada masa yang akan datang.

PT Vale Indonesia membuktikan bahwa pertambangan dan lingkungan bisa berjalan beriringan. Dengan berbagai inovasi, aktivitas pertambangan bisa dijalankan tanpa berakhir dengan kerusakan lingkungan. Nah, dengan prinsip #StartsWithMe, PT Vale Indonesia juga mengajak kita semua untuk membuat perubahan demi lingkungan mulai dari diri sendiri. Gak mudah memang, tapi bukan berarti mustahil, bukan? 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎