Krakatau Steel Incar Peluang Ekspor Baja ke Negara Anggota BRICS

- KRAS incar peluang ekspor baja ke negara-negara BRICS.
- Kerja sama bilateral RI dan BRICS dimanfaatkan untuk membuka peluang pasar.
- Perusahaan fokus penyehatan keuangan, pabrik HSM sudah beroperasi kembali.
Jakarta, IDN Times - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengincar peluang ekspor ke negara-negara anggota BRICS. KRAS sendiri baru saja menandatangani nota kesepahaman dengan PT Dexin Steel Indonesia dan perusahaan asal China, Xiamen ITG Group Co Ltd, dalam acara BRICS Innovation Base Industry Project Matchmaking Meeting di Beijing pada akhir Juni lalu.
Adapun peluang-peluang itu dipetakan perusahaan sebagai upaya memulihkan dan restrukturisasi bisnis Krakatau Steel.
"Manajemen Krakatau Steel terus melakukan revolutionary movements committed to transform, yaitu menumbuhkan kepercayaan dan transparansi dengan seluruh stakeholders, untuk membangun Krakatau Steel menjadi dream company," kata Direktur Utama Krakatau Steel, Muhammad Akbar Djohan dalam Public Expose virtual, Jumat (11/7/2025).
1. Kerja sama bilateral RI dan BRICS bakal dimanfaatkan perusahaan
KRAS menyoroti kerja sama bilateral Indonesia dengan BRICS. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Krakatau Steel mengatakan, kerja sama itu akan dimanfaatkan perusahaan demi membuka peluang masuk ke pasar baja dunia.
"Perseroan juga akan memanfaatkan semaksimal mungkin peluang yang didapatkan dengan bergabungnya Indonesia dengan BRICS, termasuk peluang kerja sama pengembangan industri baja dan penyediaan bahan baku," tutur Daniel.
2. Fokus lakukan penyehatan keuangan

Komisaris Utama Krakatau Steel, Hendro Martowardojo mengakui saat ini perusahaan masih menghadapi tantangan berat dari sisi keuangan dan daya saing industri.
Oleh sebab itu, ke depannya perusahaan fokus melakukan penyehatan keuangan, efisiensi, dan mencari mitra strategis.
"Kita percaya ada tiga hal fundamental yang harus diperbaiki, yaitu kondisi keuangan, efisiensi melalui joint venture, dan hubungan dengan mitra,” kata Hendro.
3. Pabrik HSM Krakatau Steel sudah beroperasi kembali

Seiringan dengan tiga fokus itu, Daniel mengatakan saat ini pabrik pabrik Hot Strip Mill (HSM) perusahaan juga sudah kembali beroperasi setelah program pemulihan.
Pabrik tersebut adalah penopang utama kapasitas produksi, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
“Fasilitas utama berupa pabrik HSM sudah dapat beroperasi kembali pasca-recovery,” tutur Daniel.
Dia menyampaikan, hingga Maret 2025, perusahaan telah melakukan pengiriman sebesar 226 ribu ton. Pendapatan perusahaan tembus 234,8 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp3,8 triliun (kurs Rp16.206 per dolar AS) selama kuartal I-2025.
Meski begitu, perusahaan masih mencatatkan rugi bersih sebesar 45,4 juta dolar AS atau sekitar Rp735 miliar yang disebabkan oleh masa ramp-up pabrik, upaya penetrasi kembali ke pasar, dan beban keuangan yang tinggi.