Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Likuiditas Longgar Kredit Seret, BI Tuntut Perbankan Lebih Aktif

Ilustrasi mata uang asing. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi mata uang asing. (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Kredit perbankan tumbuh 7,77 persen
  • Indikator likuiditas perbankan menunjukkan kondisi yang longgar

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) menyoroti kecenderungan perbankan yang lebih memilih menempatkan likuiditasnya pada surat berharga ketimbang menyalurkannya dalam bentuk kredit atau pembiayaan kepada debitur.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan, dari sisi penawaran, perkembangan ini dipengaruhi oleh perilaku bank yang cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit di tengah DPK yang tumbuh meningkat menjadi 6,96 persen (yoy) pada Juni 2025.

“Perkembangan ini mengakibatkan bank cenderung menempatkan pada surat-surat berharga dan meningkatkan standar penyaluran kredit (lending standard). Dari sisi permintaan, perkembangan kredit ini juga dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi yang perlu terus didorong,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Juli 2025, di Jakarta, Rabu (16/7/2025).

1. Kredit perbankan tumbuh 7,77 persen

(Ilustrasi uang dan harta kekayaan) IDN Times/Sukma Shakti
(Ilustrasi uang dan harta kekayaan) IDN Times/Sukma Shakti

Pada Juni 2025, kredit perbankan tumbuh sebesar 7,77 persen secara tahunan (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada Mei 2025 yang mencapai 8,43 persen (yoy).

Sementara itu, indikator likuiditas perbankan menunjukkan kondisi yang longgar. Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi, yakni sebesar 27,05 persen pada Juni 2025.

2. Berdasarkan sektor penggunaan, kredit investasi mendominasi

Pertumbuhan uang (pixabay.com)
Pertumbuhan uang (pixabay.com)

BI menjelaskan, berdasarkan penggunaan, kredit investasi, kredit konsumsi, dan kredit modal kerja masing-masing tumbuh sebesar 12,53 persen (yoy), 8,49 persen (yoy), dan 4,45 persen (yoy) pada Juni 2025.

Berdasarkan sektor, kredit sektor perdagangan, pertanian, dan jasa dunia usaha perlu ditingkatkan untuk mendukung pembiayaan ekonomi.

"Pembiayaan syariah tumbuh sebesar 8,37 persen (yoy), sedangkan pertumbuhan kredit UMKM masih rendah sebesar 2,18 persen (yoy)," kata dia.

3. Alasan suku bunga kredit masih tinggi

Logo Bank Indonesia
Logo Bank Indonesia

Namun, di tengah pelonggaran suku bunga acuan, BI mencatat bahwa suku bunga kredit perbankan masih tetap tinggi, yakni 9,16 persen pada Juni 2025, hanya sedikit menurun dibandingkan 9,18 persen pada Mei 2025.

“Pertanyaannya, kenapa suku bunga belum turun? Kenapa pertumbuhan kredit juga melambat? Kami menganalisisnya dari sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi suplai bank, ini bukan soal kekurangan likuiditas karena rasio AL/DPK masih sangat tinggi di angka 27 persen,” ujar Perry.

Perry menegaskan, BI telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk dengan memperkuat penyaluran kredit perbankan.

Selain menurunkan suku bunga kebijakan (BI-Rate), BI juga menambah likuiditas melalui operasi moneter yang bersifat ekspansif, serta memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Total insentif KLM yang telah disalurkan kepada perbankan yang menyalurkan kredit ke sektor prioritas mencapai Rp376 triliun hingga minggu pertama Juli 2025.

“Bank Indonesia terus all out mendorong pertumbuhan kredit, dan bersama pemerintah, kami berkomitmen mengakselerasi pertumbuhan ekonomi,” kata Perry.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us