Mandiri Institute: Belanja saat Libur Sekolah 2025 Tidak Seramai 2024

- Indeks tabungan masyarakat menurun, muncul fenomena "makan tabungan" yang menandakan pelemahan daya beli secara umum.
- Pertumbuhan belanja selama libur sekolah 2025 lebih tinggi di luar Pulau Jawa, terutama di wilayah-wilayah wisata dan penghasil komoditas.
- Peningkatan mobilitas dan belanja libur sekolah lebih banyak dilakukan kelompok menengah atas, terutama di daerah wisata yang letaknya jauh dari Jakarta dan sekitarnya.
Jakarta, IDN Times – Mandiri Institute mencatat belanja masyarakat selama periode libur sekolah 2025 mengalami peningkatan, jika dibandingkan dengan masa pralibur. Namun demikian, laju pertumbuhannya tercatat lebih terbatas dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebagai informasi, pralibur merujuk pada periode rata-rata empat minggu sebelum libur sekolah. Adapun masa libur sekolah sendiri berlangsung sejak minggu ketiga Juni hingga minggu keempat Juli.
Berdasarkan hasil riset Mandiri Institute, rata-rata pertumbuhan belanja mingguan selama libur sekolah 2025 dibandingkan periode pralibur hanya mencapai 8,9 persen, lebih rendah 2,2 persentase dibandingkan 2024 yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 11,1 persen.
Lebih lanjut, data indeks nilai belanja menunjukkan tren yang relatif stabil di kisaran indeks 100 pada awal liburan. Namun, indeks ini mengalami penurunan pada minggu kelima libur sekolah 2025, yakni ke level 113,6, turun dari 119,6 pada minggu keempat.
Angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana indeks belanja mencapai 121,7 pada minggu keempat dan 114,2 pada minggu kelima.
1. Indeks tabungan masyarakat merosot dan munculkan fenomena makan tabungan

Mandiri Institute mencatat lesunya pertumbuhan belanja selama libur sekolah 2025 sejalan dengan semakin terbatasnya kapasitas keuangan masyarakat. Hal ini tercermin dari penurunan indeks tabungan serta melambatnya laju pertumbuhan belanja dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada periode libur sekolah 2025, indeks tabungan masyarakat tercatat menurun ke level 96,6, menunjukkan adanya tekanan terhadap kemampuan menyisihkan pendapatan untuk ditabung.
Sebagai perbandingan, pada 2024 indeks tabungan relatif stabil di angka 100,1, bahkan sedikit lebih tinggi di 2023 dengan nilai 100,3.
Sementara itu, indeks belanja masyarakat justru berada di atas indeks tabungan, yakni sebesar 108,9 pada 2025. Meski masih menunjukkan tren peningkatan konsumsi, angka ini lebih rendah dibandingkan 2024 yang mencapai 111,1, menandakan adanya pelemahan daya beli secara umum.
Kesenjangan antara indeks belanja dan tabungan ini mengindikasikan munculnya pola perilaku yang disebut sebagai makan tabungan atau sering disebut mantab.
Artinya, masyarakat tetap memilih untuk membelanjakan dananya, bahkan jika harus mengorbankan porsi tabungan mereka. Fenomena ini menjadi tanda bahwa dorongan konsumsi masih kuat, namun berlangsung dalam konteks kondisi keuangan yang semakin menantang.
2. Masyarakat lebih banyak belanja di wilayah wisata luar Jawa

Lebih lanjut, Mandiri Institute mencatat bahwa pertumbuhan belanja masyarakat selama libur sekolah 2025 menunjukkan tren yang lebih kuat di luar Pulau Jawa, khususnya di wilayah-wilayah wisata dan penghasil komoditas.
Data menunjukkan bahwa wilayah seperti Bali dan Nusa Tenggara (Balnusra), Kalimantan, serta Sumatra mengalami lonjakan belanja yang melampaui capaian tahun 2024.
Balnusra mencatat pertumbuhan tertinggi, dengan rata-rata pertumbuhan belanja mingguan sebesar 10,5 persen, naik 3,4 poin persentase dibandingkan 2024 yang hanya sebesar 7,1 persen, Kalimantan menyusul dengan pertumbuhan 10,3 persen, naik 1,9 poin dari tahun sebelumnya 8,4 persen, sementara Sumatra tumbuh 8,9 persen atau sedikit lebih tinggi dibandingkan 8,1 persen pada 2024.
Sebaliknya, wilayah Jawa serta Maluku dan Papua mengalami penurunan. Pertumbuhan belanja di Jawa menjadi 8,4 persen di 2025 atau turun 3,3 poin persentase dibandingkan 2024 sebesar 11,7 persen.Penurunan yang sama juga terjadi di Maluku dan Papua, dari 11,5 persen menjadi 8,1 persen
Sementara itu, Sulawesi menjadi satu-satunya wilayah yang menunjukkan stagnasi, dengan penurunan tipis sebesar 0,5 poin, dari 14,6 persen pada 2024 menjadi 14,1 persen pada 2025. Meski begitu, angka tersebut tetap menjadikan Sulawesi sebagai wilayah dengan tingkat pertumbuhan belanja tertinggi secara nasional.
Mandiri Institute menilai tren ini sebagai cerminan dari meningkatnya aktivitas ekonomi dan pariwisata di luar Jawa, terutama di daerah dengan potensi wisata dan kekuatan komoditas yang kuat.
3. Peningkatan mobilitas dan belanja libur sekolah lebih banyak dilakukan kelompok menengah atas

Di samping itu, pertumbuhan belanja masyarakat selama libur sekolah 2025 cenderung lebih tinggi di daerah wisata yang letaknya jauh dari Jakarta dan sekitarnya.
Temuan ini mengindikasikan bahwa peningkatan mobilitas dan konsumsi selama periode liburan didorong oleh kelompok masyarakat menengah-atas yang memiliki daya beli dan fleksibilitas perjalanan lebih besar.
Berdasarkan data indeks belanja, Yogyakarta mencatatkan lonjakan tertinggi dengan indeks mencapai 129,1 pada minggu keempat libur sekolah 2025, sedikit lebih tinggi dibandingkan 2024 yang berada di 127,5. Bali juga mengalami peningkatan signifikan dengan indeks 115,2, lebih tinggi dari 106,6 pada tahun sebelumnya.
Sebaliknya, destinasi wisata yang lebih dekat dari kawasan Jabodetabek mengalami penurunan belanja. Bandung dan sekitarnya hanya mencatat indeks belanja sebesar 87,8 di 2025, jauh di bawah angka 116,1 pada 2024. Bogor dan sekitarnya bahkan lebih rendah, dengan indeks 81,7, turun dari 120,1 pada tahun lalu.
Perbedaan ini memperkuat indikasi bahwa kelompok masyarakat yang bepergian ke destinasi yang lebih jauh cenderung berasal dari segmen menengah-atas yang tidak terlalu terdampak oleh tekanan keuangan, sehingga tetap mampu menjaga konsumsi di tengah perlambatan ekonomi nasional.