Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pesawat (freepik.com/onlyyouqj)
Ilustrasi pesawat (freepik.com/onlyyouqj)

Intinya sih...

  • Maskapai besar hentikan penerbangan ke Timur Tengah.

  • Serangan AS meningkatkan risiko serangan rudal dan drone, sementara harga minyak melonjak memperparah beban operasional maskapai.

  • Israel membuka kembali wilayah udaranya secara terbatas, sementara maskapai regional seperti Emirates dan Qatar Airways membatalkan p

Jakarta, IDN Times - Serangan udara Amerika Serikat (AS) ke fasilitas nuklir Iran pada Minggu (22/6/2025) mengacaukan sektor penerbangan global. Ribuan penumpang terlantar setelah Iran, Irak, Suriah, dan Israel menutup wilayah udaranya karena dinilai terlalu berisiko untuk penerbangan sipil.

Kondisi ini memaksa maskapai besar seperti Singapore Airlines, Air France KLM, dan British Airways membatalkan sejumlah penerbangan ke kota-kota utama seperti Dubai dan Doha. Penutupan wilayah udara Rusia dan Ukraina akibat perang sebelumnya menjadikan rute Timur Tengah sebagai jalur utama penghubung Eropa dan Asia. Dengan terganggunya jalur ini, dampak global kian meluas.

1. Maskapai hentikan operasi, rute dilencongkan

Singapore Airlines membatalkan penerbangan ke Dubai pada Minggu (22/6/2025) setelah evaluasi keamanan.

“Situasi di Timur Tengah sangat dinamis. Kami terus memantau perkembangan dan akan menghubungi penumpang yang terdampak untuk opsi pemesanan ulang atau pengembalian dana,” ujar juru bicara Singapore Airlines, dilansir Reuters.

Air France KLM menangguhkan penerbangan ke Dubai dan Riyadh pada 22-23 Juni. British Airways, juga menghentikan penerbangan ke Dubai dan Doha, seraya terus mengevaluasi kondisi.

“Keselamatan penumpang dan kru adalah prioritas utama kami,” ujar perwakilan British Airways.

Penutupan wilayah udara di sejumlah negara Timur Tengah membuat koridor udara padat seperti yang melewati Iran dan Irak menjadi kosong. Data FlightRadar24 menunjukkan maskapai kini harus mengalihkan rute ke utara melalui Laut Kaspia atau ke selatan lewat Mesir dan Arab Saudi, menyebabkan waktu tempuh lebih lama dan biaya bahan bakar meningkat.

2. Ancaman keamanan di langit Timur Tengah

OPSGROUP melalui situs Safe Airspace memperingatkan bahwa serangan AS ke Iran dapat meningkatkan risiko bagi penerbangan sipil, terutama maskapai AS.

“Meski belum ada ancaman spesifik, Iran telah memperingatkan akan membalas serangan terhadap kepentingan militer AS, langsung maupun lewat proksi seperti Hizbullah,” tulis Safe Airspace, dikutip Arab News.

Penerbangan sipil juga dihadapkan pada potensi serangan rudal dan drone. Sejak eskalasi Israel-Palestina pada 2023, langit kawasan sering dipenuhi objek terbang tak dikenal. Menurut Osprey Flight Solutions, enam pesawat komersial telah secara tidak sengaja ditembak jatuh sejak 2001, termasuk MH17 dan PS752.

Maskapai bertindak cepat menghadapi situasi ini.

“Kami tidak bisa mengambil risiko dengan keselamatan penumpang. Penutupan wilayah udara dan ketegangan militer memaksa kami menangguhkan sejumlah penerbangan,” kata seorang eksekutif senior Lufthansa, yang menghentikan rute ke Tehran, Tel Aviv, dan Amman hingga akhir Juli.

3. Tekanan finansial dan upaya penyelamatan

Pasar global merespons negatif. Saham maskapai turun tajam pada Jum'at (20/6/2025): IAG anjlok 4,6 persen, Delta 4 persen, dan Ryanair 3,5 persen. Serangan AS juga memicu lonjakan harga minyak, memperparah tekanan biaya bahan bakar jet.

“Industri penerbangan sudah terbebani konflik Ukraina. Ketegangan ini memperparah beban operasional,” ujar analis penerbangan Andrew Lobbenberg dari Barclays.

Israel membuka kembali wilayah udaranya secara terbatas dan akan memperluas operasi evakuasi mulai Senin (23/6/2025). Maskapai El Al mencatat sekitar 25 ribu permintaan untuk meninggalkan Israel hanya dalam satu hari.

“Kami berupaya maksimal untuk membawa warga kami pulang, tetapi situasi keamanan sangat membatasi kapasitas kami,” jelas juru bicara El Al, dilansir Investing.

Maskapai regional seperti Emirates dan Qatar Airways turut membatalkan penerbangan ke Irak, Yordania, Lebanon, dan Iran hingga pertengahan Juni. Operasi evakuasi dari negara tetangga tetap berjalan, meski terbatas.

“Permintaan untuk rute alternatif meningkat, tetapi tantangan logistik sangat besar,” kata perwakilan Qatar Airways.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team