Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa Pernah Jadi Anak Buah Luhut

- Purbaya pertama kali menjadi anak buah Luhut pada 2015, menempati berbagai posisi strategis di pemerintahan sebelum akhirnya menjadi Ketua Dewan Komisioner LPS.
- Purbaya dilantik sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani, dengan target 100 hari kerja untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen.
- Purbaya menyatakan sulit mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen tahun ini, namun optimis dapat tercapai dalam dua hingga tiga tahun ke depan dengan strategi yang telah dipersiapkan.
Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu) yang baru, Purbaya Yudhi Sadewa pernah menjadi anak buah Luhut Binsar Pandjaitan. Adapun Luhut pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN).
Sementara itu, Purbaya menjadi anak buah Luhut di pemerintahan sebelumnya, dan sebelum dia menjabat Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada 2020 silam.
1. Jadi anak buah Luhut pertama kali pada 2015

Purbaya menjadi anak buah Luhut terjadi pertama kali pada 2015. Pada April 2015 hingga September di tahun yang sama, Purbaya menempati posisi sebagai Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis, Kantor Staf Presiden Republik Indonesia. Pada waktu itu, Luhut merupakan Kepala Staf Kepresidenan yang pertama. Jabatan Luhut itu kemudian berakhir pada September 2015.
Setelah tidak lagi menjadi Kepala Staf Kepresidenan, Luhut mennjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam). Purbaya pun ikut dengannya menjadi Staf Khusus Bidang Ekonomi Menkopolhukam sejak November 2015-Juli 2016.
Kemudian pada Juli 2016 hingga Mei 2018, Purbaya menjadi Staf Khusus Bidang Ekonomi Menteri Koordinator bidang Kemaritiman. Luhut saat itu merupakan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman.
Pada Mei 2018 hingga September 2020, Purbaya menjabat Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Pada saat itu, Luhut menjadi Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves).
Kebersamaannya dengan Luhut pun berakhir setelah Purbaya menjadi Ketua Dewan Komisioner LPS pada 3 September 2020. Pengangkatannya padaa posisi itu berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 58/M Tahun 2020.
2. Purbaya gantikan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan

Presiden Prabowo Subianto resmi melantik enam menteri di Kabinet Merah Putih pada Senin (8/9/2025) sore. Salah satu yang dilantik adalah Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan, mengganti Sri Mulyani.
Ditemui setelah pelantikan, Purbaya mengungkapkan target 100 hari kerja yang diminta Presiden Prabowo Subianto adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dia menyebut target tersebut cukup tinggi dan terasa berat, tetapi dia akan berusaha menjalankannya.
Purbaya menjelaskan arahan itu langsung disampaikan Presiden Prabowo, setelah pelantikan di Istana Negara. Prabowo diketahui menargetkan pertumbuhan ekonomi tembus 8 persen.
"Ngeri juga saya bilang. Saya bilang bertahap Pak, untuk kita capai yang 8 persen itu. Dia bilang jangan lama-lama, secepatnya. Ya kita cobalah," katanya kepada jurnalis di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
3. Purbaya PD capai target ekonomi 8 persen

Purbaya mengatakan, secara realistis capaian pertumbuhan ekonomi 8 persen sulit digapai pada tahun ini. Namun, dalam dua hingga tiga tahun ke depan, peluang untuk mencapainya cukup terbuka.
Menurutnya, langkah awal yang penting adalah mengembalikan arah ekonomi yang saat ini melambat ke level di atas 6 persen dalam waktu dekat, kemudian dilanjutkan dengan membangun fondasi pertumbuhan lebih cepat.
"Saya deg-degan. Berat banget. Pokoknya Presiden cukup agresif gitu," ujarnya.
Meski begitu, Purbaya menegaskan strategi untuk mencapai target telah dipersiapkan. Dia menyinggung pengalamannya selama 25 tahun menjadi ekonom, lebih dari 10 tahun berada di lingkaran kebijakan nasional.
Dia sudah berkiprah dalam pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Komite Ekonomi Nasional, Kantor Staf Presiden, hingga mendampingi Presiden Joko "Jokowi" Widodo menghadapi krisis pandemik COVID-19.
"Jadi kalau Anda tanya pengalaman saya, apakah saya cukup tahu? Amat tahu. Jadi Anda nggak usah khawatir," ujarnya.