Meta Otomatisasi Iklan dengan AI pada Tahun 2026

Meta Platforms mengumumkan rencana ambisius untuk sepenuhnya mengotomatisasi pembuatan dan penargetan iklan dengan kecerdasan buatan (AI), menurut Wall Street Journal pada Senin (2/6/2025). Inovasi Meta otomatisasi iklan dengan AI rencananya akan dilakukan pada tahun 2026. Langkah ini menandai transformasi besar dalam industri periklanan digital, memanfaatkan 3,43 miliar pengguna aktif global Meta.
Melalui inovasi tersebut, merek cukup menyediakan gambar produk dan anggaran. Selanjutnya, AI Meta akan menghasilkan iklan dalam bentuk gambar, video, dan teks, sekaligus menentukan audiens yang tepat di platform seperti Instagram dan Facebook. Strategi ini bertujuan meningkatkan efisiensi, personalisasi, dan posisi Meta di pasar iklan global.
1. Transformasi iklan melalui AI
Meta sedang mengembangkan alat AI yang dapat membuat variasi iklan otomatis, termasuk latar gambar dan video yang disesuaikan secara real-time berdasarkan geolokasi dan preferensi pengguna.
“Kami ingin membangun solusi AI yang memberikan hasil terukur dalam skala besar,” ujar CEO Meta Mark Zuckerberg, dikutip dari Wall Street Journal.
Alat ini juga dapat mengoptimalkan anggaran dengan menyarankan alokasi dana yang paling efektif. Pendekatan ini mengurangi proses manual, memungkinkan pengiklan fokus pada strategi. Meta mencatat peningkatan performa iklan melalui alat seperti Meta Lattice, yang mendorong pertumbuhan pendapatan sebesar 22 persen pada kuartal kedua 2024, dilansir Marketing Dive.
Meski demikian, otomatisasi ini menimbulkan kekhawatiran.
“Sentuhan manusia tetap penting untuk menjaga tanggung jawab dan etika dalam periklanan,” kata Mike Proulx, Wakil Presiden Forrester, dikutip dari Marketing Dive.
Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara teknologi dan kreativitas manusia agar iklan tetap autentik dan relevan.
2. Dampak pada pengiklan dan pasar
Lebih dari 4 juta pengiklan telah menggunakan alat AI generatif Meta seperti Advantage+ untuk mengoptimalkan berbagai format iklan. Pada Kamis (30/1/2025), Meta melaporkan peningkatan efisiensi signifikan, terutama di sektor e-commerce, gaming, dan media. Bloomberg mencatat pertumbuhan pendapatan iklan Meta sebesar 22 persen pada kuartal kedua 2024, melampaui ekspektasi Wall Street.
Langkah ini juga menjadi respons terhadap persaingan dengan Google dan Amazon dalam teknologi iklan berbasis AI.
“Meta ingin menjadi pusat layanan terpadu bagi pengiklan—cukup tetapkan tujuan dan anggaran, sisanya ditangani platform,” kata Zuckerberg, dikutip dari Marketing Dive.
Namun, sebagian pengiklan khawatir kehilangan kontrol kreatif. AdExchanger melaporkan bahwa beberapa fitur penargetan manual akan dihentikan, memicu kekhawatiran soal fleksibilitas kampanye. Meta menanggapi dengan memperkenalkan opportunity scores untuk memberi rekomendasi peningkatan performa.
3. Tantangan dan prospek masa depan
Otomatisasi ini menghadapi tantangan serius, seperti isu privasi dan risiko penyalahgunaan AI, termasuk penyebaran deepfake. Academy of Continuing Education mencatat 67 persen pemasar khawatir akan kurangnya pelatihan AI, dan 47 persen menyebut AI dapat mengancam lapangan kerja. Hanya 36 persen organisasi yang memiliki kebijakan etika AI, menandakan perlunya regulasi lebih kuat.
Meta juga menghadapi hambatan teknis, seperti penundaan peluncuran model AI “Behemoth” karena kekhawatiran atas kapabilitasnya, dilansir Reuters.
Namun, perusahaan tetap optimistis dengan rencana investasi sebesar 60-65 miliar dolar AS (Rp974,7 triliun-Rp1 kuadriliun) pada 2025 untuk infrastruktur AI.
“Kami melihat 2025 sebagai tahun yang menentukan untuk AI,” ujar Zuckerberg.
Melalui proyek Meta otomatisasi iklan dengan AI, perusahaan ini menargetkan Meta AI dapat menjangkau 1 miliar pengguna aktif bulanan pada akhir 2025, naik dari 700 juta saat ini. Menurut Marketing Dive, ini mencerminkan komitmen Meta untuk memimpin transformasi periklanan digital melalui AI, sembari mengatasi tantangan etika dan teknis yang menyertainya.