Menteri UMKM Maman Abdurrahman (IDN Times/Umi Kalsum)
Politikus Partai Golkar itu akhirnya pasrah. Namun dia agak grogi saat memulai pertanyaan pertama. Kertas contekannya hanya dibolak-balik dan akhirnya Maman memilih bertanya di luar pertanyaan yang sudah disiapkan.
Maman lalu menyampaikan pertanyaan pertama ke founder Precious One, Ratnasari Sutedjo, yang hampir semua karyawannya dari penyandang disabilitas, sehingga daya saing produk yang dihasilkan masih diragukan oleh sebagaian besar masyarakat. Ratna pun memastikan produk yang cenderamata yang dihasilkan Precious One sangat bersaing dan itu terbukti dari eksistensi usahanya yang bisa bertahan sampai 21 tahun.
Ratna lalu bercerita bagaimana ia bisa nyemplung ke dunia kriya. Semua berawal saat ia jatuh sakit di tahun 2001, dua bulan lamanya. Selama itu pula ia yang masih menjadi sekretaris di sebuah perusahaan swasta merasa hidup tidak ada gunanya.
Dalam sakitnya Ratna bernazar, jika sembuh ia akan berteman dengan penyandang disabilitas. Waktu itu yang terpikir olehnya, ia yang hanya merasa lemas tapi masih bisa makan dan berjalan saja merasa tidak berguna, bagaimana dengan para penyandang disabilitas?
"Singkat kata saya sembuh, saya lalu belajar bahasa isyarat. Guru saya Bu Baron, pejabat di Kedubes AS. Belajarnya seminggu 1-2 kali sampai akhirnya bisa bahasa isyarat dan percaya diri bisa berkomunikasi dengan teman tuli," kata dia.
Sampai suatu hari Ratna berjumpa dengan salah satu teman tuli yang berkali-kali ditolak saat melamar pekerjaan. Dari situ ia belajar membuat kriya erupa jepit rambut yang dibantu temannya itu. "Saya masih jadi sekretaris, ada satu meja kosong, saya minta izin apakah boleh dipakai teman saya untuk bikin kriya, hasilnya dibeli teman-teman kantor," kata Ratna.