ilustrasi mengelola uang (pexels.com/olia danilevich)
Dalam menghitung nisbah likuiditas, terdapat dua rumus yang bisa kamu gunakan, yaitu rasio lancar (current ratio), dan rasio cepat (quick ratio). Keduanya memiliki rumus yang sama, yaitu aset lancar dibagi dengan utang lancar. Namun, pada rasio cepat, inventaris perusahaan tidak turut disertakan.
Berikut contoh dari masing-masing perhitungan:
1. Rasio cepat (quick ratio)
Rasio cepat = (aset lancar - inventaris) : utang lancar
Contoh:
Perusahaan H memiliki aset lancar sebesar Rp60 juta. Inventaris perusahaan sebesar Rp30 juta. Sedangkan utang jangka pendek dari perusahaan H adalah sebesar Rp25 juta. Berapa rasio cepat dari perusahaan H?
- Rasio cepat = (Rp60 juta - Rp30 juta) : Rp25 juta
- Rasio cepat = Rp30 juta : Rp25 juta
- Rasio cepat = 1,2 kali atau 120 persen
2. Rasio lancar (current ratio)
Rasio lancar = aset lancar : utang lancar
Contoh:
Perusahaan H memiliki aset lancar sebesar Rp150 juta. Sedangkan utang jangka pendeknya sebesar Rp 90 juta. Berapa rasio lancar dari perusahaan H?
- Rasio lancar = Rp150 juta : Rp90 juta
- Rasio lancar = 1,7 kali atau 170 persen
Bila nilai rasio yang dihasilkan lebih dari 1,0 kali, berarti perusahaan tersebut dapat melunasi hutangnya dengan baik. Namun, jika hasilnya di atas 3,0 kali, bisa jadi perusahaan tersebut tidak mampu mengelola uangnya dengan baik.