Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-07-09 at 14.57.56.jpeg
Juru Bicara Kemenko Perekonomian, Haryo Limasento. (IDN Times/Triyan).

Jakarta, IDN Times – Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto, menepis anggapan keanggotaan Indonesia dalam BRICS menjadi penyebab tidak efektifnya negosiasi tarif perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).

Menurut Haryo, keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS mencerminkan komitmen terhadap prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif, bukan sikap anti-Amerika.

"Enggak, itu sebenarnya soal politik luar negeri kita yang bebas dan aktif. Itu sudah ditegaskan sejak Piagam Bandung. Jadi, keanggotaan Indonesia di BRICS tidak semata-mata soal transaksi dagang. Kita menjalin hubungan dengan siapa saja," kata Haryo saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (9/7/2025).

Indonesia resmi menjadi anggota BRICS sejak 6 Januari 2025. Organisasi antarpemerintah ini beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, dan Indonesia.

1. Pemerintah tidak kaitkan tarif impor 32 persen karena keanggotaan Indonesia di BRICS

Logo BRICS 2023 (brics2023.gov.za/)

Menurutnya, pemerintah Indonesia tidak secara khusus mengaitkan tarif tersebut dengan keanggotaan di BRICS atau kedekatan hubungan bilateral dengan China. Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump, bahkan telah menyatakan BRICS merupakan organisasi yang bersifat anti-Amerika, dan mengancam akan menerapkan tarif tambahan sebesar 10 persen kepada negara-negara anggotanya. Sebelumnya, Indonesia sudah dikenai tarif resiprokal sebesar 32 persen oleh AS sejak Senin (7/7/2025).

"Kami tidak melihat itu dari sisi BRICS atau negara tertentu. Yang jelas sekarang, kita dikenakan tarif 32 persen. Soal tambahan 10 persen itu, kita belum tahu apakah sudah dihitung atau belum," katanya.

2. Pemerintah fokus negosiasi agar tarif impor turun dari 32 persen

Surat Donald Trump untuk Presiden Prabowo Subianto terkait penetapan tarif resiprokal (Truth Social/@realDonaldTrump)

Haryo menyatakan, saat ini fokus pemerintah adalah melakukan negosiasi dengan otoritas perdagangan Amerika Serikat, seperti Kementerian Perdagangan, Sekretariat Investasi, dan Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR), guna menurunkan tarif tersebut.

"Target kita adalah mendapatkan keringanan tarif, bahkan menjadi yang terendah di ASEAN kalau memungkinkan," ujarnya.

3. Hubungan dagang Indonesia-China masuk dalam perjanjian perdagangan resmi

Ilustrasi ekspor-impor (Pixabay)

Terkait hubungan Indonesia dengan China, Haryo menyebut kerja sama yang terjalin tetap berada dalam kerangka perdagangan resmi. Dia membandingkannya dengan praktik transhipment yang dilakukan oleh Vietnam, yang juga menjadi perhatian dalam kebijakan perdagangan AS. Meski demikian, dia tidak menjelaskan secara spesifik seberapa besar pengaruh hubungan Indonesia dengan China atau BRICS terhadap keputusan tarif tersebut.

"Tapi, saya yakin, setiap negara itu ada model seperti itu. Dan itu juga pasti akan menjadi perhitungan bagi kedua negara ya, kedua belah pihak yang transhipment, ya. Tapi, kalau untuk saya yakin itu jadi pertimbangan dalam perhitungan, tapi untuk detail berpengaruh atau tidak itu bagian dari negosiasi tentunya," ujarnya.

Editorial Team