Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pengusaha Sebut Stok Gula Rafininasi Hanya Cukup sampai Januari 2021

(Ilustrasi mengenai gula rafinasi) ANTARA FOTO/Dewi Fajriani

Jakarta, IDN Times - Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) menyatakan stok gula rafinasi sebagai bahan baku industri makanan minuman saat ini hanya cukup untuk kebutuhan hingga Januari 2021. Hitungan itu berdasarkan informasi dari pemasok gula nasional (AGRI).

Ketua GAPMMI Adhi Lukman mengatakan penyebabnya adalah Thailand sebagai salah satu negara penghasil gula, bahan baku industri gula rafinasi, mengalami gagal panen. Dengan demikian, produsen gula rafinasi nasional harus impor bahan baku gula dari negara yang lebih jauh, seperti Brasil.

"Hal ini tentunya menambah lead time importasi, yang tadinya hanya memakan waktu sekitar 2-3 minggu menjadi 2 bulan, untuk dapat sampai ke Tanah Air," kata Adhy dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (12/12/2020).

1. Kelangkaan gula bisa berbahaya bagi perekonomian

Ilustrasi UMKM. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Kelangkaan pasokan gula bahan baku industri, kata dia, dapat berakibat menurunnya produktivitas sektor industri makanan minuman nasional. Hal ini dapat menambah tekanan terhadap perekonomian yang belum pulih.

"Potensi masalah berikutnya tidak hanya menyangkut kekosongan produk di pasar dan sektor tenaga kerja, namun juga berpengaruh pada sektor hulu seperti peternak, petani, dan membanjirnya produk impor untuk mengisi permintaan pasar," ujar Adhy.

2. Harapan GAPMMI untuk pemerintah

IDN Times/Anata

GAPMMI berharap ada dukungan pemerintah untuk dapat segera berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan agar persetujuan impor gula untuk kebutuhan industri dapat segera diterbitkan untuk keluar dari bahaya ini.

"Sambil menunggu rampungnya PP dari amanat UU Cipta Kerja No 11/2020 terkait jaminan kepastian bahan baku industri, dan agar kelangkaan gula bahan baku industri tidak terjadi," ucap Adhy.

Dia yakin peraturan-peraturan ini dapat memberikan kemudahan dan kepastian berusaha bagi industri nasional, terutama kepastian pasokan bahan baku dan operasional industri makanan minuman. "Agar bisa meningkatkan daya saingnya, menyediakan produk pangan yang terjangkau serta industrinya terus tumbuh dan berkembang." 

3. Solusi jangka panjang untuk masalah gula

Perajin menuangkan gula pasir ke dalam baskom sebagai bahan baku pembuatan madumongso di Mojo, Kediri, Jawa Timur, Senin (11/5/2020). Semenjak merebaknya COVID-19, sejumlah pelaku UMKM makanan mengeluhkan kenaikan harga gula pasir dari sebelumnya Rp12 ribu menjadi Rp18 ribu per kilogram sehingga terpaksa menaikkan harga jual produknya untuk mengimbangi biaya produksi dengan risiko berkurangnya pelanggan. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/wsj.

Untuk solusi jangka panjang, GAPMMI berharap Pemerintah dapat berfokus pada pembangunan dan pengembangan sektor hulu dan rantai pasok nasional, sehingga nantinya industri lokal memiliki potensi dan kapasitas dalam memenuhi kebutuhan industri nasional.

Untuk diketahui, kontribusi industri makanan minuman terhadap ekspor nasional pada rentang Januari hingga September 2020 mencapai 21,38 persen. Industri makanan dan minuman berkontribusi sebesar 39,51 persen terhadap PDB sektor pengolahan nonmigas pada kuartal III 2020.

Share
Topics
Editorial Team
Helmi Shemi
EditorHelmi Shemi
Follow Us