Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perang Dagang AS-China Dimulai, Apa Dampaknya ke Ekonomi Dunia?

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menandatangani Perintah Eksekutif mengenai rencana tarif Pemerintah pada acara “Make America Wealthy Again”, Rabu, 2 April 2025 (flickr.com/The White House)
Intinya sih...
  • Perang dagang AS-China memanas setelah kenaikan tarif impor hingga 125 persen
  • Perdagangan kedua negara mencapai 145 miliar dolar AS, berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global

Jakarta, IDN Times - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China makin memanas usai Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menaikkan tarif impor atas barang China menjadi 125 persen.

Trump menaikkan tarif usai China membalas tarif resiprokal dengan menetapkan tarif 84 persen atas barang AS yang masuk ke negeri Tirai Bambu itu.

Perang dagang antara AS dengan China telah mengguncang aktivitas di pasar modal. Lantas, seberapa besar dampak perang dagang tersebut pada ekonomi dunia?

1. Pertumbuhan ekonomi dunia bisa melambat

Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat. (unsplash.com/Kristina Volgenau)

Perdagangan antara kedua negara dengan ekonomi terbesar itu nilainya mencapai 145 miliar dolar AS atau setara Rp2.341,5 triliun pada 2024 (kurs Rp16.769 per dolar AS).

Menurut Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF), perang dagang antara kedua negara bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi keduanya, bahkan bisa mendorong ke resesi. Dilansir BBC, Kamis (10/4/2025), hal itu kemungkinan akan merugikan ekonomi negara-negara lain dalam bentuk pertumbuhan global yang lebih lambat.

AS sendiri mengimpor barang elektronik, komputer, dan mainan dari China. Selain itu, baterai untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Namun, kategori impor AS terbesar dari China adalah telepon pintar atau smartphone, yang mencakup 9 persen dari total.

Smartphone Apple sebagian besar dibuat di China. Bahkan, penerapan tarif impor di AS terhadap China telah menjadi salah satu kontributor utama penurunan nilai pasar Apple dalam beberapa minggu terakhir, dengan harga sahamnya anjlok hingga 20 persen selama sebulan terakhir.

Adapun China mengimpor kedelai dari AS, yang utamanya digunakan untuk memberi makan sekitar 440 juta babi di China. AS juga mengirim obat-obatan dan minyak bumi ke China.

China juga mengimpor microchip canggih, yang sangat penting untuk aplikasi seperti kecerdasan buatan. Microchip itu masih belum bisa diproduksi sendiri.

2. Investasi global bisa tergerus

Ilustrasi Bendera China (pixabay.com/marcel_elia-1451138)

Perang dagang antara AS dengan China akan menyebabkan para investor global menderita. Mengingat, China adalah negara manufaktur terbesar di dunia dan memproduksi jauh lebih banyak daripada yang dikonsumsi penduduknya di dalam negeri.

Negara ini sudah mengalami surplus barang hampir 1 triliun dolar AS atau sekitar Rp16.769 triliun, yang berarti China mengekspor lebih banyak barang ke seluruh dunia daripada yang diimpornya.

3. Negara lain bisa kebanjiran barang impor dari China

Xiaomi Redmi 13x (facebook.com/Xiaomi Vietnam)

Jika China tak bisa lagi memasarkan produknya di AS, maka ada peluang barang-barang itu dibuang di luar negeri. Kondisi ini memicu kekhawatiran para pengusaha di dalam negeri, termasuk di Indonesia.

“Meskipun itu dapat menguntungkan bagi beberapa konsumen, itu juga dapat melemahkan produsen di negara-negara yang mengancam pekerjaan dan upah,” tulis BBC.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us