Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perusahaan Milik Otto Toto Sugiri, Bill Gatesnya Indonesia 

Otto Toto Sugiri saat menerima penghargaan dari Presiden Jokowi. (instagram.com/dci.ind)

Nama Otto Toto Sugiri kini menjadi perbincangan di Indonesia. Pengusaha ini memiliki jumlah kekayaan yang melonjak tajam pada 2025. Hal ini membuat pengusaha yang sering dijuluki Bill Gatesnya Indonesia ini masuk dalam jajaran orang terkaya Indonesia dan dunia.

Lonjakan kekayaannya ini disebabkan karena laporan keuangan perusahaan milik Otto Toto Sugiri, PT DCI Indonesia, yang cemerlang. Selain PT DCI Indonesia, Otto Toto Sugiri pernah memiliki perusahaan lainnya.

1. Sigma Cipta Caraka, perusahaan pertama milik Otto Toto Sugiri

ilustrasi programmer (pixabay.com/jamesmarkosborne)

Sebelum menjadi seorang pengusaha, Toto Sugiri bekerja sebagai seorang programmer. Ia sempat membuat proyek pemrograman untuk perusahaan minyak dan mengelola pencairan pinjaman nelayan di Papua. Terakhir, ia bekerja sebagai programmer di Bank Bali, milik pamannya.

Pada 1989, pria kelahiran Bandung, 23 September 1953 ini mendirikan sebuah perusahaan perangkat lunak yang bernama Sigma Cipta Caraka. Ia mengajak enam temannya yang merupakan mantan karyawan Bank Bali. Salah satunya adalah Marina Budiman, salah satu perempuan terkaya Indonesia yang kini menjadi Presiden Komisaris PT DCI Indonesia. Modal awal dari pendirian perusahaan ini adalah 200 ribu dolar AS.

Sigma Cipta Caraka berkembang pesat seiring dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk melakukan deregulasi terhadap industri perbankan saat itu. Jumlah bank bertambah pesat menjadi 240 bank pada 1994, dari sebelumnya yang hanya berjumlah 111 perusahaan pada 1989. Hal ini tentunya membutuhkan layanan sistem IT seperti yang ditawarkan oleh perusahaan milik Otto Sugiri.

Pada 2008, PT Telkom Indonesia membeli 80 persen saham Sigma Cipta Caraka. PT Telkom kemudian mengakuisisi perusahaan ini dan mengubah namanya menjadi Telkom Sigma. Toto Sugiri menjual sisa sahammnya seharga 9 juta dolar AS. Hal ini ia lakukan karena imbas dari pascatragedi Bom Bali I dan II.

2. Mendirikan perusahaan penyedia layanan internet pertama di Indonesia, PT Indointernet Tbk

ilustrasi server internet (pixabay.com/TheDigitalArtist)

Pada 1994, Toto Sugiri mendirikan sebuah perusahaan bernama Indointernet atau yang dikenal dengan nama Indonet. Hal ini ia lakukan setelah mendapatkan untung yang banyak dari Sigma Cipta Caraka. Pada 2012, pria berusia 71 tahun ini menjabat sebagai presiden komisioner di perusahaannya ini.

27 tahun setelah berdiri, tepatnya pada 2021, Pt Indointernet melantai di bursa saham. Berselang dua tahun setelah itu, Toto Sugiri menjual seluruh sahamnya (16,56%) di PT Indointernet (EDGE) dan sekaligus mengundurkan diri sebagai Wakil Komisaris Utama EDGE. Ia meraup dana hasil penjualan sahamnya tersebut hingga Rp1,16 triliun.

3. Balicamp, software house anak perusahaan Sigma Cipta Caraka

ilustrasi programmer (pixabay.com/TyliJura)

Saat menjalankan Sigma Cipta Caraka, Toto Sugiri mendirikan sebuah perusahaan perangkat lunak atau software house bernama Balicamp. Perusahaan yang didirikan pada 1996 ini berlokasi di Jalan Raya Pacung, Baturiti, Tabanan, Bali, tak jauh dari tempat wisata Bedugul. Pada saat itu, Balicamp cukup populer dikalangan para programmer.

Perusahaan ini digadang-gadang akan menjadi Silicon Valleynya Indonesia karena menawarkan lingkungan kerja yang menarik. Balicamp cukup berkembang pesat karena perusahaan ini mendapatkan kerjasama dari Microsoft untuk proyek memeriksa ejaan Bahasa Indonesia. Selain itu, mereka mendapatkan banyak proyek dari luar negeri.

Tragedi Bom Bali I memberikan dampak signifikan bagi operasional Balicamp. Perusahaan ini berhenti menerima proyek dari luar negeri yang selama ini menjadi tumpuan operasional mereka. Pada 2004, kantor Balicamp dipindah sementara ke Jakarta.

4. PT DCI Indonesia yang membuatnya menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia

Otto Toto Sugiri (kanan) saat menerima sertifikasi Tier IV. (dci-indonesia.com)

Toto Sugiri mendirikan sebuah perusahaan data pertama dan terbesar di Indonesia bernama Data Center Indonesia pada 2011. Perusahaan yang didirikan bersama beberapa rekannya ini karena ia melihat peluang usaha saat pemerintah berniat menggunakan data Indonesia untuk mencegah penggunaan pusat lepas pantai. Data Center Indonesia mulai beroperasi pada 2013.

Seiring perjalanan waktu, PT DCI Indonesia sukses menjadi salah satu perusahaan layanan pusat data dan pusat penyimpanan data server terbesar di Asia Tenggara. Perusahaan IT ini menjadi operator pertama dan satu-satunya di Asia Tenggara yang meraih sertifikasi Tier IV dari Uptime Institute di seluruh fasilitas dan operasinya. Sertifikasi ini merupakan klasifikasi tertinggi untuk industri pusat data global.

PT DCI Indonesia sukses melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan raksasa dunia seperti Amazon Web Services, Alibaba, Google Cloud, dan Microsoft. Perusahaan yang memiliki tujuh pusat data di tiga lokasi (Jakarta, Cibitung, dan Karawang) ini mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten DCII pada 2021. Hanya membutuhkan waktu enam bulan, saham DCII mampu melesat tajam hingga 13.947 persen. Hal ini menyebabkan saham DCII sempat disetop perdagangannya karea pergerakan harga yang ekstrem.

PT DCI Indonesia menjadi perusahaan milik Otto Toto Sugiri yang membuatnya masuk dalam jajaran daftar orang terkaya di dunia. Dengan kenaikan saham DCII, Otto Sugiri kini memiliki kekayaan 10.0 B  dolar AS atau setara Rp164 triliun dengan kurs Rp 16.420 per dolar AS. Dengan kekayaan ini, ia kini masuk dalam lima orang terkaya di Indonesia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ari Budiadnyana
EditorAri Budiadnyana
Follow Us