Presiden Jokowi meresmikan Pembangkitan Listrik Tenaga Surya ( PLTS) Terapung Cirata di Purwakarta, Jawa Barat (Youtube.com/Sekretariat Presiden)
Kendati begitu, pembangunan PLTS Terapung Cirata bukannya tanpa tantangan. Darmawan mengakui, PLN tidak memiliki pengalaman dalam membangun PLTS terlebih dengan kapasitas dan luasan yang besar seperti di Cirata.
Namun, berkat kolaborasi dengan Masdar, pihak yang telah berpengalaman dalam pembangunan PLTS maka PLN mampu merealisasikan PLTS Terapung Cirata.
“This is the first largest floating solar in Southeast Asian, ya jelas tidak mungkin kita punya pengalaman ini. Enam bulan lalu ini belum ada, today ini ada di sini. Enam bulan lalu tim dari PLN, Nusantara Power, dan Masdar kita itu produksinya sehari hanya 0,2 megawatt peak per hari. Itu pun sudah struggling karena kita masih belajar,” tutur Darmawan.
Tantangan dari segi teknis pun muncul dalam pembangunan PLTS Terapung Cirata. Waduk Cirata diketahui memiliki kedalaman hingga 100 meter dan memiliki bagian dasar berbentuk miring.
Sayangnya, anchor atau jangkar yang dibuat PLN dan Masdar untuk mengaitkan solar panel atau panel surya ke bagian bawah waduk dirancang kontak. Desain tersebut tidak bisa membuat panel surya di bagian atas mengaitkan diri dengan bagian bawah waduk.
PLN dan Masdar lalu mengubah desain jangkarnya dengan menempatkan gigi-gigi agar bisa menggigit bagian bawahnya. Hasilnya, panel surya PLTS Terapung Cirata jauh lebih stabil dan bahkan orang-orang bisa berjalan di atasnya.
“Dalam proses ini muncul yang namanya core competency baru, technical skills baru, technical know how baru. Ada kerja sama tim yang tadinya masih belum kompak sekarang jadi kompak,” kata Darmawan.
Kemudian, tantangan lain adalah dari sisi sumber daya manusia (SDM). Darmawan mengatakan, proyek pembangunan PLTS Terapung Cirata melibatkan 1.400 tenaga kerja lokal yang semuanya masih awam dengan teknologi PLTS.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, para tenaga kerja lokal itu mampu mengatasi gap atau jarak terkait pemahaman teknologi yang digunakan dalam pembangunan PLTS Terapung Cirata. Itu menjadi salah satu hasil dari kolaborasi dengan Masdar yang telah berpengalaman dalam membangun pembangkit listrik berbasis EBT.
“Jadi yang tadinya hanya 0,2 megawatt peak per hari, kita menggunakan tenaga kerja lokal yang kita coaching, training dan rasa-rasanya pada waktu itu hampir tidak mungkin ini bisa selesai dalam jangka waktu yang sudah kita jadwalkan. Di tengah itu naik menjadi 0,5 megawatt peak per hari, 1 megawatt peak per hari, 2 megawatt peak per hari, 3 megawatt peak per hari, 4 megawatt peak per hari bahkan terakhir 4,8 megawatt mendekati 5 megawatt peak per hari produksi yang ada di sini,” papar Darmawan.
Setelah melewati berbagai macam tantangan dalam pembangunannya, PLTS Terapung Cirata akhirnya diresmikan langsung oleh Presiden Jokowi. PLTS Terapung Cirata pun jadi milestone bersejarah bagi Indonesia.
“Hari ini, hari bersejarah karena mimpi besar kita untuk membangun pembangkit energi baru terbarukan dalam skala besar akhirnya bisa terlaksana. Kita berhasil membangun salah satu pembangkit listrik tenaga surya terapung paling besar di Asia Tenggara dan nomor 3 di dunia,” kata Jokowi saat meresmikan PLTS Terapung Cirata pada 9 November 2023.
Sejalan dengan itu, Darmawan mengaku melihat ekspresi kebanggaan yang dipancarkan oleh Presiden Jokowi ketika meresmikan PLTS Terapung Cirata. Jokowi, kata Darmawan, bangga Indonesia bisa berkontribusi nyata dalam perang melawan perubahan iklim lewat PLTS dengan kapasitas 192 megawatt peak tersebut.
Darmawan pun memastikan kepada Presiden Jokowi bahwa apa yang dilakukan pihaknya di PLTS Terapung Cirata bukanlah sebuah akhir, melainkan awal dalam komitmen PLN menghadapi krisis iklim global.
“Kami memaparkan ke Bapak Presiden bahwa this is not an ending, this only beginning. Jadi ini adalah simbol kebangkitan Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, dalam menghadapi tantangan transisi of energy. Kita tidak pernah menyerah, kita akan selalu berjuang ke depan. Semua tantangan, apapun hambatan kita urai sehingga Indonesia mengambil peran dalam memerangi perubahan iklim untuk masa depan generasi mendatang,” tegas Darmawan.