Politikus Jadi Komisaris BUMN, Stafsus Erick: Gak Boleh Munafik

- Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, menyatakan bahwa keputusan di BUMN membutuhkan unsur politik.
- Politikus dari kubu Prabowo-Gibran yang baru-baru ini diangkat menjadi komisaris BUMN antara lain Grace Natalie, Fuad Bawazier, Simon Aloysius Mantiri, dan Condro Kirono.
- Arya menegaskan penempatan politikus di kursi Komisaris BUMN telah dipilih sesuai kompetensi yang dimiliki.
Jakarta, IDN Times - Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, buka suara soal politikus Partai Gerindra dan pihak-pihak terdekat Prabowo Subianto menjadi komisaris BUMN.
Menurut Arya, BUMN memang membutuhkan pengawas dengan latar belakang politik. Sebab, keputusan-keputusan di BUMN berkaitan dengan unsur politik.
“Maka unsur politik pun tidak mungkin, gak boleh kita munafik dan gak boleh kita menafikkan kalau unsur politik gak masuk dalam BUMN, selama keputusan-keputusan vital mengenai BUMN tetap berkaitan dengan politik di DPR,” kata Arya di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (12/6/2024).
1. Kursi komisaris utama MIND ID dan Pertamina memang kosong

Adapun politikus dari kubu Prabowo-Gibran yang baru-baru ini diangkat menjadi komisaris BUMN adalah Grace Natalie, Fuad Bawazier, Simon Aloysius Mantiri, dan Condro Kirono.
Fuad menduduki kursi sebagai Komisaris Utama MIND ID, menggantikan Doni Monardo yang meninggal dunia pada 3 Desember 2023 lalu. Kemudian, Simon menduduki kursi Komut Pertamina, menggantikan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang mengundurkan diri pada 2 Februari 2024 lalu.
“Di MIND ID Komutnya kan Doni Monardo, almarhum, meninggal, kosong. Di Pertamina Pak Ahok sudah mundur,” ucap Arya.
2. Semua Presiden libatkan politikus di kursi komisaris BUMN

Arya mengatakan, penempatan politikus di kursi Komisaris BUMN tak hanya dilakukan di masa pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo.
Bahkan, dia menyinggung nama Presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf (B.J. Habibie), Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), hingga Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Memang zamannya Pak SBY gak ada orang politik? Memang zaman Gus Dur gak ada orang politik? Memang zamannya Pak B.J. Habibie gak ada? Zamannya Bu Megawati gak ada? Semua, zaman Pak Jokowi pun sebelumnya ada. Jadi gak usah dipertentangkan lalu kita jadi ‘wah gak boleh’,” ucap Arya.
3. Tetap menyesuaikan kompetensi masing-masing

Meski begitu, Arya memastikan sosok-sosok yang menduduki kursi komisaris BUMN telah dipilih sesuai kompetensi yang dimiliki.
“Yang pertama, yang pasti kita mengangkat komisaris itu yang kompeten, dan prosesnya sudah ada. Pasti ada prosesnya, fit and proper test, semua ada prosesnya, dicarikan sesuai dengan kebutuhannya,” ucap Arya.
Misalnya Fuad Bawazier, Komut MIND ID. Menurutnya, kemampuannya tak perlu diragukan lagi dengan segudang pengalaman yang dimiliki.
“Beliau itu pernah zaman Pak Harto jadi Dirjen Pajak, dan seterusnya. Jadi kemampuan beliau sudah mumpunilah, siapa yang mempertanyakan?“ ujar Arya.