Perang Rusia vs Ukraina: Ini Dampak Ekonominya untuk Indonesia

Harga gandum dan minyak terancam naik drastis

Jakarta, IDN Times - Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah melancarkan 'operasi militer spesial' di Donetsk dan Luhansk, Ukraina timur pada Kamis (24/2/2022) pagi. Otoritas Ukraina menyebut aksi tersebut sebagai perang atau agresi. 

Setelah itu, Ukraina dihujani rudal presisi dari Rusia. Ada beberapa kota Ukraina yang merasakan hantaman rudal tersebut, termasuk ibu kota Kiev. Pasukan darat Rusia bergerak dari utara, timur dan selatan. Baku tembak saat ini terjadi dan lebih dari 137 warga Ukraina tewas, baik itu sipil atau militer.

Meski konflik itu terjadi di Eropa timur, tapi perang antara Rusia dengan Ukraina dapat menimbulkan dampak signifikan, termasuk bagi Indonesia. Berikut beberapa di antara dampak peperangan tersebut.

1. Kenaikan harga minyak

Perang Rusia vs Ukraina: Ini Dampak Ekonominya untuk IndonesiaIlustrasi harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Rusia adalah salah satu eksportir sumber daya energi terbesar di dunia, salah satunya minyak bumi. Meski Indonesia tidak banyak membeli minyak dari Rusia, tapi saat ini harga minyak global telah mengalami kenaikan imbas serangan Rusia ke Ukraina.

Setelah Putin mengumumkan operasi militer, minyak mentah Brent dijual seharga 100 dolar (Rp1,4 juta) per barelnya, dikutip NPR. Satu barel sekitar 159 liter. Jadi per liter dihargai sekitar Rp8.805. Ini harga minyak mentah, bukan minyak yang sudah diproses. 

Secara otomatis, kenaikan harga minyak mentah tersebut akan berdampak pada Indonesia. Ini karena Indonesia adalah importir minyak mentah. Dikutip Katadata, pada 2021 lalu, impor minyak mentah Indonesia mengalami lonjakan 204,2 persen.

Jika proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebanyak 5 persen, secara otomatis kebutuhan minyak sebagai sumber energi akan mengalami kenaikan. Dengan adanya kenaikan harga minyak mentah global, tentu hal ini akan berdampak pada Indonesia sebagai importir.

Ada empat negara utama penghasil minyak yang dibeli oleh Indonesia. Empat negara tersebut adalah Arab Saudi, Nigeria, Australia dan Aljazair.

Baca Juga: 137 Warga Ukraina Tewas, Rusia Kuasai Pembangkit Nuklir Chernobyl  

2. Kenaikan harga gandum

Perang Rusia vs Ukraina: Ini Dampak Ekonominya untuk Indonesiailustrasi gandum (Unsplash.com/Melissa Askew)

Indonesia dinilai gagal melakukan diversifikasi sumber karbohidrat dari produk lokal. Selama ini Indonesia mengandalkan beras sebagai bahan utama. Bahan sumber karbohidrat lokal yang dimiliki seperti sagu, ketela, jagung atau lainnya tidak dikembangkan jadi pendamping beras.

Justru Indonesia lebih memilih gandum sebagai sumber karbohidrat pendamping beras. Ironisnya, hampir 100 persen gandum Indonesia dibeli dari luar negeri. Situasi itulah yang menjadikan kenaikan harga gandum, sebagai dampak perang Rusia-Ukraina, akan berimbas kepada Indonesia. 

Lima negara utama penghasil gandum yang diimpor Indonesia adalah Australia, Kanada, Amerika Serikat (AS), Ukraina, dan Rusia. Dua negara terakhir saat ini terlibat perang dan kemungkinan akan mengganggu produksi dan ekspor gandumnya.

Dari data Badan Pusat Statistik, untuk gandum dari Ukraina, impor Indonesia telah mengalami kenaikan signifikan sejak 2016. Jumlah impor gandum dari Ukraina berkisar di angka 2 juta ton. Dari Rusia, Indonesia mengimpor sekitar separuh dari jumlah Ukraina.

3. Anjloknya bursa saham

Perang Rusia vs Ukraina: Ini Dampak Ekonominya untuk IndonesiaIlustrasi grafik harga saham atau crypto. (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Ketika Putin mengumumkan operasi militer ke Ukraina, bursa saham global dan regional anjlok seketika. Bahkan, pasar saham Rusia turun tajam dan mata uang rubel Rusia jatuh mencapai rekor terendah.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia juga terdampak. IHSG dibuka melemah dan mayoritas menghabiskan waktu di zona merah hingga penutupan sesi pertama.

Ketika rudal-rudal Rusia mengenai beberapa fasilitas militer Ukraina dan pasukan tentara Ukraina bertempur menahan serangan Rusia, pada sesi kedua, IHSG tetap tidak mampu keluar dari zona merah itu sampai pasar tutup.

Reaksi pasar saham dari serangan Rusia ke Ukraina sebagian besar memang negatif. Banyak pasar saham yang longsor pada hari Kamis. Tapi, menurut Kepala strategi LPL Financial Ryan Detrick, "penting untuk diketahui bahwa persitiwa geopolitik di masa lalu biasanya merupakan masalah jangka pendek, terutama jika ekonomi berada pada pijakan yang kuat."

Baca Juga: Pasar Optimistis Perang Besar Tak Terjadi, Rupiah Dibuka Menguat

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya