Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Produk China Berpotensi Banjiri RI Akibat Hambatan Ekspor ke AS

WhatsApp Image 2025-07-22 at 23.47.10.jpeg
Head of Corporate Banking UOB Indonesia, Edwin Kadir, dalam diskusi UOB Media Editors Circle. (IDN Times/Triyan).
Intinya sih...
  • Program Asta Cita diyakini bisa tarik investasi dan ciptakan lapangan pekerjaan
  • Permintaan layanan lindung nilai meningkat
  • Awasi kinerja sektor perbankan

Jakarta, IDN Times – Head of Corporate Banking UOB Indonesia, Edwin Kadir, menilai potensi membanjirnya produk-produk asal China ke pasar Indonesia semakin nyata, seiring dengan diberlakukannya tarif dan hambatan ekspor ke Amerika Serikat (AS). Hal ini terjadi akibat kelebihan kapasitas produksi dan menurunnya daya saing harga produk China di pasar AS.

“China diperkirakan akan mencari pasar alternatif dengan skala besar dan kemampuan menyerap produk dalam jumlah tinggi. Indonesia menjadi salah satu target utama karena dinilai menjanjikan sebagai lokasi distribusi produk secara massal,” ujar Edwin dalam diskusi UOB Media Editors Circle, Selasa (22/7/2025).

1. Program Asta Cita diyakini bisa tarik investasi dan ciptakan lapangan pekerjaan

Pertumbuhan uang (pixabay.com)
Pertumbuhan uang (pixabay.com)

Edwin optimistis program Asta Cita, yang berfokus pada penciptaan lapangan kerja, akan mampu mendorong daya tarik investasi asing. Ia juga menyoroti pentingnya pengembangan kawasan industri seperti di Kendal dan Batang, serta zona ekonomi khusus lainnya, sebagai strategi untuk menarik investor, termasuk dari China dan negara-negara ASEAN.

Dari sisi perbankan, Edwin mengungkapkan bahwa UOB menerima banyak pertanyaan dari perusahaan-perusahaan asal China yang tertarik menjadikan Indonesia sebagai basis produksi regional.

“Mungkin mereka akan menjadikan Indonesia sebagai hub, karena dengan kelebihan kapasitas produksi, mereka akan mencari pasar baru. Salah satu pilihan paling ideal adalah membangun pabrik di Indonesia untuk mengurangi beban transportasi dan mencapai efisiensi,” jelasnya.

2. Permintaan layanan lindung nilai meningkat

Kurs rupiah terhadap dolar (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Kurs rupiah terhadap dolar (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Selain peluang investasi, Edwin juga mencatat tren peningkatan permintaan terhadap layanan hedging atau lindung nilai, terutama dari pelaku usaha yang memiliki eksposur terhadap mata uang dolar AS. Pelaku usaha ingin memastikan margin keuntungan tetap terjaga di tengah fluktuasi nilai tukar, suku bunga global, dan harga komoditas.

“Kami banyak mendapat permintaan dari nasabah terkait saran hedging, terutama untuk kurs dolar AS. Mereka ingin mengetahui nilai tukar ideal dan mendapatkan pandangan dari perbankan mengenai outlook komoditas,” ucap Edwin.

3. Awasi kinerja sektor perbankan

WhatsApp Image 2025-07-18 at 18.45.09 (1).jpeg
Sekretaris Menko Perekonomian Susiwijono Moegiarso saat ditemui di Kemenko Perekonomian. (IDN Times/Triyan).

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menegaskan ada beberapa indikator ekonomi yang perlu mendapat perhatian serius, khususnya di sektor keuangan, seperti Dana Pihak Ketiga Industri (DPKI) dan kinerja kredit modal kerja.

“Kami melihat beberapa indikator keuangan mulai menunjukkan peringatan dini. Angka-angka ini perlu dicermati, terutama oleh pelaku industri perbankan dan lembaga keuangan,” jelas Susi.

Meski begitu, pemerintah memastikan bahwa kondisi cadangan devisa saat ini masih berada dalam batas aman. Dalam laporan terakhir, posisi cadangan devisa tercatat sebesar 152,6 miliar dolar AS, dengan buffer yang masih solid sekitar 26,5 miliar dolar AS.

Meski kondisi ekonomi global masih dibayangi risiko dan volatilitas tinggi, pemerintah melihat adanya peluang strategis bagi Indonesia. Beberapa perkembangan global justru membuka ruang bagi peningkatan peran Indonesia dalam rantai pasok regional maupun sebagai tujuan investasi.

“Dengan kondisi global seperti sekarang ini, meskipun penuh ketidakpastian, justru ada sejumlah peluang yang bisa dimanfaatkan Indonesia. Ini momen yang harus ditangkap,” imbuhnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us